Banner 468 x 60px

 

Minggu, 25 September 2016

Kegiatan mengkritik orang lain mengakibatkan banyak masalah, jawaban nya dibawah ini

2 komentar

INSPIRASI PAGI
Assalamu'alaikum
Selamat pagi temans

Tulisan DR. Syamsul Ma'arif, MA Ketua LPM UIN Walisongo.

"K R I T I K"

Saya dulu sering mengkritik orang lain, dengan asumsi menurut saya, saya sendiri sudah merasa benar dan orang yang saya kritik salah.
Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain?
Karena saya percaya dan banyak orang percaya bahwa kritik itu Membangun.
Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan Kritik Membangun.
Setelah usia semakin bertambah, dan saya mulai tertarik untuk belajar tentang buku2 kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku2 Wisdom mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA kritik yang MEMBANGUN, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak dan menekan perasaan orang yang dikritiknya.

Sampai suatu ketika saya membaca buku hasil experimen Masaru Emoto dari Jepang, yang melakukan uji coba nasi/beras yang kemudian diletakkan di dalam toples yang berbeda.
Toples yang pertama setiap hari di berikan kritikan terus dan di tempel kertas bertulisan kata yang mengkritik, kemudian toples yang kedua diberi pujian dan motivasi setiap hari.
Dan hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yang diberikan kritikan setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yang sama masih berwarna putih bersih tak membusuk.

Penasaran pada penjelasan di buku ini, akhirnya saya mencoba melakukan experimen ini bersama keluarga. Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.
Toples yang setiap hari diberikan keritikan, lebih cepat rusak, hitam dan membusuk. Dan di keluarga kami mengajarkan melalui experimen ini agar tidak mengejek, menghujat atau mengkritik sesama teman, dan melatih untuk bicara baik-baik yang tidak mengkritik.

Sejak itulah saya belajar untuk tidak mekritik orang lain.
Dan percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, kami lebih saling perhatian, hati lebih tenteram dan damai, lebih saling menghormati dan lebih saling mengasihi.

Saya ganti kalimat saya yang mengkritik, dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali mereka berbuat kebaikan.
Saya berterimakasih pada mereka dan memujinya, dan sering kali sambil memeluknya, saat mereka berhasil berhenti dari kebiasaan yang kurang baik.

So..... masihkah kita percaya bahwa KRITIK ITU MEMBANGUN ?
Masihkah kita percaya ada KRITIK YANG MEMBANGUN?
Masihkah kita mau mengkritik orang lain, terutama keluarga, suami, istri dan anak-anak kita..?
Tentu saja pilihan itu terserah pada diri kita masing-masing karena hidup ini adalah pilihan bebas berikut konsekuensinya masing-masing.
Tapi coba rasakan dan ingat-ingat lagi apakah dengan sering mengkritik orang lain akan membuat orang yang kita kritik menjadi lebih baik, atau malah sebaliknya...?

Dan coba lihat apa yang kita rasakan di hati kita pada saat kita sedang dikritik oleh orang lain? Nah perasaan yang sama itulah yang juga akan dirasakan oleh orang lain yang kita kritik.

Semoga Bermanfaat.🙏🏻

2 komentar:

Wiguna Wirawisesa mengatakan...

Kita mengkritik tergantung niatnya. Kalau hanya niat menyadarkan, mengingatkan mungkin lebih baik, karena manusia tidak terlepas dari sifat lupa. Yang harus diwaspadai itu niat kritik ingin menjatuhkan atau ingin puas itu berarti dasarnya nafsu, itu yang bahaya. Terimakasih ya semoga persepsi saya salah

Sang Pengembara mengatakan...

iya mungkin ada berbagai macam lagi yah jenis kritikan, makasih atas masukannya, semoga bermanfaat

Posting Komentar