Banner 468 x 60px

 

Sabtu, 21 Desember 2013

Ketika Ruh Berpisah dengan Jasad

0 komentar


Ketika Ruh Berpisah dengan Jasad

Suatu ketika Nabi SAW mendatangi rumah istri kesayangan beliau, al Khumaira, Aisyah RA. Melihat kedatangan beliau, Aisyah yang sedang duduk bersila ingin bangkit menyambut, tetapi Rasulullah SAW bersabda, “Duduklah saja pada tempatmu, wahai Ummul Mukminin, tidak perlu engkau berdiri!!”

Nabi SAW menghampiri Aisyah dan kemudian berbaring terlentang dengan berbantalkan pangkuannya, tampak sekali kemanjaan dan kasih sayang beliau kepadanya.

Sepertinya pada hari itu Rasulullah SAW sangat lelah sehingga tidak lama berselang beliau telah tertidur. Aisyah memandangi wajah beliau dengan kasih sayang dan kekaguman. Tanpa disadari jari jemarinya mengurai jenggot Rasulullah SAW, dan Aisyah menemukan sembilanbelas rambut jenggot yang telah memutih (beruban). Tiba-tiba saja tersirat dalam hatinya, “Sesungguhnya beliau akan keluat dari dunia (meninggal) sebelum aku, dan tinggallah umat Islam dalam keadaan tanpa nabi!!”
Merasakan kenyataan seperti itu, Aisyah jadi bersedih dan menangis, air matanya mengalir ke pipi dan menetes jatuh mengenai wajah Rasulullah SAW sehingga beliau terbangun.

Dengan heran beliau bersabda, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Ummul Mukminin!!”

Aisyah menceritakan perasaan sedih yang menghantui dirinya, dan Nabi SAW hanya tersenyum mendengarnya. Beliau bersabda, “Wahai Aisyah, keadaan apakah yang sangat menyusahkan bagi seseorang (yakni bagi ruhnya) ketika ia menjadi mayat?”
Aisyah berkata, “Katakanlah padaku, ya Rasulullah!!”
Beliau berkata, “Engkau saja yang mengatakannya dahulu!!”
Aisyah sejenak berfikir, kemudian ia berkata, “Tidak ada yang menyusahkan atas diri mayit kecuali ketika ia diusung ke luar rumah menuju kuburnya, anak-anak yang ditinggalkannya akan berduka dan berkata : Wahai ayah, wahai ibu!! Begitu juga orang tuanya akan berkata : Wahai anakku, wahai anakku!!”
Nabi SAW bersabda, “Hal itu memang terasa akan pedih, tetapi ada yang lebih pedih daripada itu!!”

Aisyah berkata lagi, “Tidak ada yang lebih berat bagi mayit kecuali ketika ia dimasukkan ke dalam liang lahad dan ia diurug di bawah tanah, anak dan orang tuanya, kerabat dan kekasihnya akan meninggalkannya pulang.

Mereka membiarkannya sendirian beserta amal perbuatannya, menyerahkan urusannya kepada Allah. Kemudian setelah itu datanglah malaikat Munkar dan Nakir ke dalam kuburnya!!”
Beliau bersabda lagi, “Apa lagi yang lebih berat dari apa yang engkau katakan itu?”
Akhirnya Aisyah menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui!!”
Maka Nabi SAW bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya saat yang paling berat (paling menyedihkan) bagi mayat adalah ketika tukang memandikan masuk ke dalam rumahnya untuk memandikan mayatnya….”
Kemudian beliau menjelaskan lebih lanjut, bahwa ketika tukang memandikan itu melepas cincin (atau perhiasan lainnya) dari tubuhnya, melepas pakaian pengantin (atau pakaian lainnya) dari badannya, melepaskan sorban para syaikh dan fuqoha dari kepalanya, ketika itulah sang ruh berseru saat melihat tubuhnya yang telanjang, seruan yang bisa didengarkan oleh seluruh mahluk kecuali jin dan manusia, “Wahai tukang memandikan, demi Allah aku memohon kepadamu, agar engkau melepaskan pakaianku (dan lain-lainnya) dengan pelan-pelan, karena sesungguhnya saat ini aku tengah beristirahat dari sakitnya dikeluarkannya nyawaku oleh malaikat maut!!”

Ketika tukang memandikan menuangkan air ke mayatnya, sang ruh berteriak keras dengan teriakan yang didengar oleh semua mahluk, kecuali jin dan manusia, “Hai tukang memandikan, demi Allah, janganlah engkau menuangkan air yang panas, jangan pula engkau tuangkan air yang terlalu dingin, sesungguhnya jasadku telah terbakar saat dicabutnya nyawaku!!”

Ketika tukang memandikan mulai menggosok tubuhnya, lagi-lagi sang ruh berteriak, “Wahai tukang memandikan, demi Allah, janganlah memegang tubuhku terlalu keras, sungguh jasadku telah terluka sebab keluarnya nyawaku!!”

Ketika selesai memandikan dan jasadnya diletakkan pada kain kafan, dan mulai diikat di bawah kakinya, sang ruh berseru lagi, “Demi Allah wahai tukang memandikan, janganlah engkau ikat terlalu erat pada kepalaku, agar masih terlihat wajah-wajah keluargaku, anak-anakku, dan kerabat-kerabatku lainnya. Karena saat ini terakhir kali aku bisa melihat mereka, aku tidak akan melihatnya lagi hingga hari kiamat tiba!!”

Ketika dikeluarkan dari rumahnya dan diletakkan di dalam keranda, sang ruh berseru lagi, “Demi Allah, wahai para pengantarku, janganlah tergesa-gesa membawaku pergi sehingga aku berpamitan kepada rumahku, keluargaku, kerabatku, dan harta-hartaku.

Aku tinggalkan istriku menjadi janda, anak-anakku menjadi yatim, karena itu janganlah kalian menyakiti mereka. Biarkanlah aku sesaat untuk mendengarkan suara keluargaku, anak-anakku, dan kerabat-kerabatku, karena aku akan berpisah hingga saat kiamat tiba….!”

Ketika kerandanya dipikul dan keluar tiga langkah dari rumahnya, lagi-lagi sang ruh berseru, “Hai para kekasihku, saudara-saudaraku dan anak-anakku, janganlah kalian terbujuk oleh dunia sebagaimana dunia telah memperdaya aku!! Janganlah kalian dipermainkan oleh jaman sebagaimana ia telah mempermainkan aku!! Ambillah ibarat (hikmah) dariku!! Sesungguhnya aku meninggalkan untuk ahli warisku apa yang aku kumpulkan, dan aku tidak membawa (manfaat) apapun dari dunia (harta) yang kutinggalkan, bahkan Allah akan menghisabku. Engkau bersenang-senang dengannya (harta peninggalanku itu) dan kalian tidak mendoakan aku!!”

Sungguh nasehat yang sangat berharga. Sayangnya, semua seruan dan teriakan ruh tersebut yang bisa didengar oleh seluruh mahluk, ternyata jin dan manusia tidak bisa mendengarnya. Padahal justru dua jenis mahluk itu yang sebenarnya bisa memperoleh banyak manfaat dan pengajaran jika saja bisa mendengar dan memahami seruan sang ruh.

Ketika jenazahnya dishalatkan dan sebagian orang lainnya meninggalkan masjid atau musholla, sang ruh berseru lagi, “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku, aku tahu bahwa orang mati akan dilupakan oleh orang-orang yang masih hidup, akan tetapi janganlah kalian cepat-cepat pulang sebelum kalian melihat tempat tinggalku.

Sesungguhnya aku tahu bahwa wajah mayat itu lebih dingin daripada air yang sangat dingin bagi orang-orang yang masih hidup, tetapi janganlah kalian terlalu cepat pulang meninggalkan aku sendirian!!”

Ketika jenazahnya diletakkan di sisi kuburnya, dan kemudian diturunkan ke liang lahad, sang ruh berseru untuk terakhir kalinya, “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku dan para pengantarku, sesungguhnya aku mendoakan kalian semua tetapi mengapa kalian tidak mau mendoakan aku? Wahai ahli warisku, tidaklah aku kumpulkan harta dunia kecuali aku tinggalkan untuk kalian, maka ingatlah kalian kepadaku dan berbuatlah kebaikan.

Setelah aku mengajarkan kalian membaca al Qur’an dan tata krama (adab), hendaklah kalian jangan lupa mendoakan aku!!”

Subhanallah...

Alangkah baiknya kita senantiasa mengingat akan kebesaran ALLAH SWT, dan senantiasa memberi salam penghormatan kepada Baginda Rasulullah Saw dengan Shalawat yang mudah2n ALLAH memberikan kita kemuliaan dan kehormatan baik di dunia, maupun di akhirat. Aamiin
Read more...

Rahasia di Balik Urutan Tinggi Jari

0 komentar


Rahasia di Balik Urutan Tinggi Jari

Apa makna di balik urutan tinggi jari tangan ?

Tidak mudah juga untuk menjawab ini. Mungkin jawaban umumnya adalah hal itu diciptakan agar manusia senantiasa mudah menggenggam atau mencengkeram sesuatu didalam aktivitasnya.

Namun jika saya boleh membaca atas petunjuk Alquran, maka saya simpulkan bahwa rahasia dibalik tinggi jari yang berbeda-beda itu adalah merupakan TANDA perjalanan kehidupan manusia itu sendiri.

Mari kita segera telusuri.

1. Jari kelingking. (Zaman Adam)

Mengapa saya simpulkan bahwa jari kelingking adalah zaman Adam?

Kita harus pahami bahwa bahasa Alquran dibaca dengan cara dimulai dari kanan ke kiri. Dan nama Allah yang tercetak di jari kita pun, huruf Alif nya adalah jari kelingking.

Dari itulah saya simbolkan bahwa Jari Kelingking adalah zaman Adam. Karena memang Adam lah Manusia Pertama.

2. Jari Manis. (Zaman Idris)

Lihatlah gambar dibawah. Mengapa setelah Kelingking, terdapat Jari Manis yang ukurannya lebih tinggi dari Jari Kelingking itu?

Itu mengartikan bahwa kehidupan yang di jalani oleh masyarakat manusia di zaman Idris sungguh memiliki peradaban yang lebih tinggi di banding ketika zaman Adam. Alias semakin berkembang.

Tidak heran juga mengapa sosok Budha yang tergambar duduk di tengah BUNGA TERATAI adalah melambangkan bahwa TERNYATA masyarakat manusia pada zaman itu sudah mampu melakukan perjalanan sampai ke Planet terujung, yakni planet Sidratul Muntaha. (TERATAI tempat berhenti). Dan Budha adalah orang yang memang di duga sosok Nabi Idris. Dan beliau sendiri menjadi simbol Miraj bagi kaumnya pada zaman itu.

Surat 50/36 :
"Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah binasa itu) telah pernah menjelajah di berbagai negeri…"

Lebih lanjut, berbagai penemuan puluhan benda kuno namun canggih yang oleh ilmuwan disebut sebagai bukti kehebatan dari cerdasnya masyarakat zaman dahulu itu secara tidak langsung menggenapi analisa ini.

3. Jari Tengah (Zaman Nuh).

Mengapa Jari Tengah ukurannya lebih tinggi dari 2 jari sebelumnya, Jari Manis dan Jari Kelingking?

Itu menandakan bahwa kehidupan masyarakat manusia di zaman Nuh adalah zaman Puncak peradaban. Di mana segala sendi kehidupan manusia pada zaman itu telah sampai pada titik tertingginya. Namun sungguh teramat sayang ketika kemajuan peradaban tidak membawa pada arah ketakwaan, akhirnya Allah menghukum mereka -masyarakat Zaman Nuh- dengan mengirimkan bencana Banjir Dahsyat. Dari situlah akhirnya orang-orang kafir dibinasakan sementara manusia yang selamat (Nuh beserta umatnya) berkembang biak kembali dan peradaban pun di mulai dari titik 0 lagi.

Dan Jari Tengah (Zaman Nuh) pun akhirnya menjadi BATAS TOLAK UKUR antara 2 episode perjalanan kehidupan manusia. Umat sebelum Zaman Nuh dan Umat sesudah Zaman Nuh.

4. Jari Telunjuk (Zaman Ibrahim).

Mengapa Jari Telunjuk ukurannya malah menjadi lebih rendah (turun) dibanding Jari tengah?

"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan Nuh"

Kelebihan Zaman Ibrahim adalah Allah menjadikan sosok nabi Ibrahim ini sebagai "Bapaknya" para nabi. Dari sini beliau dijadikan figur ajaran Tauhid bagi orang-orang yang mencari kebenaran. Sebab beliau merupakan orang Paling Pemberani yang pernah ada dalam menyebarkan ajaran paham satu Tuhan.

Dari sebab itulah kenapa Telunjuk saya simbolkan dengan zaman Ibrahim, karena Jari Telunjuk memang merupakan simbol untuk penyebutan angka 1.

Surat 6/161 :
"Katakanlah : "sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus….."

Kembali ke pertanyaan mengapa ukuran Jari Telunjuk malah lebih rendah dari Jari tengah, itu sangat jelas mensinyalkan bahwa apa yang ada pada zaman nabi Ibrahim (mulai dari ukuran tubuh manusia, ukuran kepintaran manusia, ukuran kemakmuran manusia) semuanya menjadi menyusut di perkecil oleh Allah dibanding dengan kala manusia pada waktu sebelum zaman nabi Nuh. Dan yang paling sangat tampak adalah ukuran tubuh manusia yang dari masa ke masa terus mengalami penurunan. Hingga akhirnya perjalanan waktu tersebut berlaku dari zaman ke zaman menuju sampai pada zaman Muhammad (Jari Jempol). Zaman sisa-sisa.

5. Jari Jempol (Zaman Muhammad).

Surat 16/123 :
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) : "Ikutilah agama Ibrahim…"

Surat 36/2-4 :
"Demi Alquran yang penuh hikmah"
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) salah seorang rasul-rasul"
"Di atas jalan yang lurus".

Jari Jempol (Zaman Muhammad) adalah jari yang paling pendek dari ke empat jari sebelumnya. Mengisyaratkan bahwa apa yang ada pada zaman ini merupakan zaman sisa-sisa kehidupan. Segala keberhasilan kita dalam bidang teknologi yang kita banggakan, tetap tidak akan pernah sanggup untuk melampaui apa yang pernah di capai oleh umat sebelumnya.

Dari itulah Alquran sering kali menegaskan jika umat sebelum kita yang segala sesuatunya lebih tinggi (lebih hebat) saja mampu dibinasakan, apalagi zaman kita !!! Zaman pengulangan !!!

Surat 56/62 :
"Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran?"

Namun disamping itu semua janganlah berkecil hati, sebab di balik rendahnya "derajat" zaman ini (zaman penghabisan) Allah tetap Maha Penyayang terhadap mahluk bernama manusia. Lihatlah betapa akhirnya Dia menurunkan Alquran melalui Muhammad sebagai kitab Ummul Ilmu (Ibu Ilmu). Sejalan dengan istilah pada Jari Jempol itu (Ibu Jari).

"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Alquran) kepada hambaNya, agar dia menjadi peringatan bagi seluruh alam." (QS. Al Furqaan : 1)
Read more...

DOA UNTUK ANAK MASIH DALAM KANDUNGAN

0 komentar


DOA UNTUK ANAK MASIH DALAM KANDUNGAN

1) Bismillahir rahmaanir rahiim
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

2) Alhamdu lillahi rabbil’aalamiin
Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam

3) Allahumma shalli alaa sayyidinaa Muhammad
Ya Allah tambahkanlah kesejahteraan kepada penghulu kami Nabi Muhammad SAW

4) Thibbil quluubi wadawaaihaa
Sebagai pengobat dan penawar hatiku

5) Wa’aafiyatil abdaani wa syifaa ihaa
Penyehat dan penyegar badanku

6) Wanuuril abshaari wa dhiyaa ihaa
Sebagai sinar dan cahaya pendangan mata

7) Waquutil arwaahi waqidza ihaa
Sebagai penguat dan santapan rohani

8 ) Wa’alaa aalihi washahbihi wabarik wa sallim
Dan kepada keluarganya dan para sahabatnya berikanlah keberkahan dan keselamatan

9) Allahummahfazh waladaha maa daama fii bathnihaa
Ya Allah semoga Engkau lindungi bayi ini selama ada dalam kandungan ibunya

10) Washafihii ma’a ummihi antsysyaafii laa syifaa illaa syifaa uka syifaa an laa yuqoodiru saqoman
Dan semoga Engkau memberikan kepada bayi dan ibunya Allah yang memberi kesehatan. Tidak ada kesehatan selain kesehatan Allah, kesehatan yang tidak diakhiri dengan penyakit lain

11) Allahumma shawwirhu fii bathnihaa shuurotanhasanatan
Ya Allah semoga Engkau ciptakan bayi ini dalam kandungan ibunya dengan rupa yang bagus

12) Watsabbit qolbahu iimaanan bika wabiraa suulika
Dan semoga Engkau tanamkan hatinya bayi ini iman kepadaMu ya Allah dan kepada Rasul Mu

13) Allahumma akhrijhu min bathni ummihi waqta walaada tihaa sahlan wasaliman
Ya Allah semoga Engkau mengeluarkan bayi ini dari dalam kandungan ibunya pada waktu yang telah ditetapkan dalam keadaan yang sehat dan selamat

14) Allahummaj’alhu shahiihan kaamilan wa’aaqilan haa dziqaan wa’aaliman aamilan
Ya Allah semoga Engkau jadikan bayi ini sehat, sempurna, berakal cerdas dan mengerti dalam urusan agama

15) Allahumma’alhu thawwil umrahu washahhih jasadahu wahassin khuluqohu wafashshih lisaanaahu
Ya Allah semoga Engkau memberikan kepada bayi ini umur yang panjang, sehat jasmani dan rohani, bagus budi perangainya, fasih lisannya

16) Wa ahsin shautahu li qiira atil hadiitsi wal qur’aan
Serta bagus suaranya untuk membaca hadis dan Al Quran

17) Warfa ‘darojatuhu
Dan tinggikanlah derajatnya

18) Wawasi’rizqahu
Dan luaskan rizkinya

19) Wajalhu insaanan kaamilan saaliman fiddunya wal aakhirah
Dan jadikanlah bagi manusia yang sempurna selamat di dunia dan akhirat

20) Bibirakati sayyidina Muhammaddin shallallaahu’alaihi wassallam wal hamdu lillahi rabiil’aalamiina
Dengan berkahnya Nabi besar Muhammad SAW dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam

Aaamiiin, aamiin aamiin yaa robbal aalamin
Kabulkanlah doa kami, kabulkanlah doa kami, kabulkanlah doa kami ya Allah seru sekalian alam
Read more...

Bermegah Megah Membangun Masjid dan Menghiasi Mushaf adalah Tanda Akhir Zaman

0 komentar

Bermegah Megah Membangun Masjid dan Menghiasi Mushaf adalah Tanda Akhir Zaman

Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :

سنن أبي داوود ٣٧٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ وَقَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ

Sunan Abu Daud meriwayatkan , Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Khuza’i telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dan Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tiba Hari Kiamat sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun Masjid.”

Berkaitan dengan hadis di atas dan untuk menguatkannya, Ibnu Abbas ra berkata, “ Sungguh, umat ini akan menghiasi masjid masjid sebagaimana orang orang Yahudi dan Nasrani menghiasi tempat tempat ibadah dan gereja gereja mereka. Orang yang memerhatikan –masa sekarang- seluruh penjuru dunia Islam dan alat alat transportasi, akan melihat mereka berbangga bangga seperti ini, menghiasi masjid, dan sombong dalam mendirikan masjid. Manusia membaca hadis ini dan mengetahuinya bahwa menghiasi masjid termasuk salah satu tanda kiamat. Namun, mereka tetap melakukannya, seolah olah mereka digiring untuk melaksanakan ketaatan dan pembenaran terhadap hadis Rasulullah SAW.

Ibnu Abbas menambahkan, dalam kitab Jami Ash Shaghir karangan As Suyuthi, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Jika kalian mempercantik masjid masjid kalian dan menghiasi mushaf mushaf kalian, kehancuranlah atas kalian.”

Hal itu disebabkan Allah SWT melihat orang orang yang memakmurkan Masjid dengan hati dan iman mereka. Allah SWT menghendaki para hambaNya berhias dengan iman dan mempercantik diri dengan takwa, Itulah yang asli.

Jika masjid masjid telah dihiasi, yang tersisa hanyalah dinding dinding dan perhiasannya. Padahal, semua itu akan musnah ketika terjadi kiamat nanti, sedangkan hati dan iman tidak. Akan tetapi, semua ini memang sudah ketetapan Allah SWT.

Mahir Ash Shufiy
Read more...

Bermegah Megah Membangun Masjid dan Menghiasi Mushaf adalah Tanda Akhir Zaman

0 komentar

Bermegah Megah Membangun Masjid dan Menghiasi Mushaf adalah Tanda Akhir Zaman

Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :

سنن أبي داوود ٣٧٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ وَقَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ

Sunan Abu Daud meriwayatkan , Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Khuza’i telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dan Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tiba Hari Kiamat sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun Masjid.”

Berkaitan dengan hadis di atas dan untuk menguatkannya, Ibnu Abbas ra berkata, “ Sungguh, umat ini akan menghiasi masjid masjid sebagaimana orang orang Yahudi dan Nasrani menghiasi tempat tempat ibadah dan gereja gereja mereka. Orang yang memerhatikan –masa sekarang- seluruh penjuru dunia Islam dan alat alat transportasi, akan melihat mereka berbangga bangga seperti ini, menghiasi masjid, dan sombong dalam mendirikan masjid. Manusia membaca hadis ini dan mengetahuinya bahwa menghiasi masjid termasuk salah satu tanda kiamat. Namun, mereka tetap melakukannya, seolah olah mereka digiring untuk melaksanakan ketaatan dan pembenaran terhadap hadis Rasulullah SAW.

Ibnu Abbas menambahkan, dalam kitab Jami Ash Shaghir karangan As Suyuthi, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Jika kalian mempercantik masjid masjid kalian dan menghiasi mushaf mushaf kalian, kehancuranlah atas kalian.”

Hal itu disebabkan Allah SWT melihat orang orang yang memakmurkan Masjid dengan hati dan iman mereka. Allah SWT menghendaki para hambaNya berhias dengan iman dan mempercantik diri dengan takwa, Itulah yang asli.

Jika masjid masjid telah dihiasi, yang tersisa hanyalah dinding dinding dan perhiasannya. Padahal, semua itu akan musnah ketika terjadi kiamat nanti, sedangkan hati dan iman tidak. Akan tetapi, semua ini memang sudah ketetapan Allah SWT.

Mahir Ash Shufiy
Read more...