Banner 468 x 60px

 

Senin, 30 Agustus 2021

TELADAN KH. IMAM ZARKASYI

0 komentar

 TELADAN KH. IMAM ZARKASYI

Teladan 1:

Beliau keturunan Rasulullah tetapi tidak mau diberi gelar habib, sayyid maupun syarif. Beliau meminta supaya dipanggil Pak Zar. Beliau selalu mengajarkan bahwa kemuliaan itu karena seberapa besar perjuangan dan pengorbanan untuk agama, bukan karena keturunan.

Teladan 2:

Beliau keturunan 2 wali sekaligus: Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Raden Rahmat (Sunan Ampel), namun beliau tidak pernah menyebutnya.

Teladan 3:

Beliau keturunan raja Cirebon, namun tidak pernah berbangga diri dan menyebut-nyebut sebagai keturunan ningrat.

Teladan 4:

Beliau mewakafkan tanahnya total 16 hektar untuk perjuangan agama, padahal ekonomi keluarga waktu itu sangat sulit. Untuk menghidupi keluarga dengan menulis dan jualan buku setelah tanah habis diwakafkan.

Teladan 5: 

Saya pernah mendengar dari Pak Shoiman Luqmanul Hakim bahwa Pak Zar (panggilan untuk K.H. Imam Zarkasyi), selalu Shalat Tahajjud di tanah komplek pondok sehingga tidak ada jengkal tanah di Gontor yang tidak dishalattahajudi oleh beliau. Hal ini saya ceritakan kepada Pak Aman Nasution, komentar Pak Aman, "Iya benar, saya pernah mengontrol tengah malam, tiba-tiba saya lihat ada bayangan di atas tumpukan batu-batu di area Gedung Saudi sekarang, Pak Aman langsung bertanya, "Ini malaikat atau nanusia?!", Sambil teriak, tiba-tiba bayangan tadi nenjawab, "Aman, ini aku". Benar ternyata bayangan yang di atas tumpukan batu itu adalah Pak Zar yang sedang shalat tahajjud.

Teladan 6:

Rabithah al-‘Alam al-Islamy memberi bantuan kepada pondok sekian juta, dan juga kepada pribadi Pak Zar, tetapi bantuan uang yang seharusnya untuk pribadi beliau tersebut semuanya oleh Pak Zar diberikan ke pondok.

Teladan 7:

Sewaktu Pak Zar ditawari Pak Harto untuk menjadi Menteri Agama, jawaban Pak Zar, "Yang mau jadi menteri banyak, yang mau jadi kiai sedikit, maka saya memilih jadi kiai saja." Namun murid beliau yang menteri agama: Luqman Hakim Saifuddin dan KH. Maftuch Basyuni (Kakak Ipar KH. Musthofa Bisri/Gusmus). 

Teladan 8:

Pak Zar kalau hari Jumat akan berangkat ke masjid jam 10 pagi sewaktu santri main bola volley, dan balik dari masjid jam 3 sore sewaktu santri juga main volley sore.

Teladan 9:

Pak Zar kalau bersyukur biasanya shalat tahajud 100 rakaat, pernah saya ceritakan kepada Bu Mimien (putri beliau) dan Bu Mimien menyatakan, "Iya, sebab saya ditugasi untuk menghitung dengan lidi, satu lidi, satu rakaat."

Teladan 10:

Suatu hari Pak Chalid Raimin (staff pengasuhan) melihat Pak Zar membuat sendiri hanger dari kawat sewaktu akan menjemur pakaian. Biasanya Pak Zar menjemur pakaian seperti kaus dalam di depan rumah dekat pohon nangka. Cholid bertanya, "Pak Yai, Kenapa hangernya dibuat sendiri?", beliau menjawab, "Selagi masih bisa dibuat kenapa harus beli"

Teladan 11:

Sewaktu Pak Zar akan diberi doktor hanoris causa oleh IKIP Malang, beliau menjawab, "Murid saya sudah banyak jadi doktor, maka saya tidak perlu lagi."

Teladan 12:

Karena beliau orang yang zuhud dan wira’i betul selama hidup, ilmu, diri dan semua yang dimilikinya diserahkan total untuk perjuangan agama, maka segala titah dan doanya tidak main-main. Hal ini terbukti saat terjadi tragedi maret di Gontor, oknum yang terlibat ingin menjatuhkan beliau dan pesantren yang dipimpinnya semuanya tidak selamat. Ada yang mati kecelakaan, cacat, dan sebagainya.


Subhanallah... Sang pejuang sejati,


Sumber : Grup Whastapp

Read more...