Banner 468 x 60px

 

Rabu, 09 Juli 2014

Makalah Analisis kontrastif bahasa arab bidang fonologi

0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sebagai manusia, makhluk sosial yang bisa saling berkomunikasi (mahluq al-mantiq), tentunya tidak pernah terlepas dari bahasa sebagai medianya. Majunya era globalisasi ini, semakin menambah pengetahuan masyarakat dan berkembang pula menjadi masyarakat tutur yang multilingual. Namun, proses untuk menjadi masyarakat yang bilingual atau multilingual tidaklah mulus, banyak masalah dan hambatan yang dialami oleh masyarakat yang belajar bahasa target yang disebabkan beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor budaya yang berbeda.
            Dalam pembelajaran bahasa target saat ini (bahasa Arab), juga memiliki kendala yang sama namun tidak terlalu signifikan. Bahasa Arab yang sedang berkembang di Indonesia, baru sekedar pemahaman nahwu, shorf, balaghoh dan sering kali mengabaikan pembelajaran fonologinya. Bagaimana bunyinya? Bagaimana cara mengucapkannya? Sehingga tidak heran walaupun banyak orang atau santri yang telah lama belajar bahasa Arab, namun masih terdapat berbagai jenis kesalahan bunyi atau kesalahan ucap yang dipengaruhi oleh dialek masing-masing. Padahal bunyi adalah bagian utama dan terutama dalam bahasa. Komunikasi lisan tidak akan terjadi bila tidak ada bunyi.
            Akibat tidak mengindahkan bunyi, banyak masyarakat Indonesia yang telah belajar bahasa Arab namun ketika berkomunikasi dengan penutur aslinya, dia tidak memahami apa yang dibicarakan. Ada pula kemungkinan negatif lain yang dapat terjadi seperti terjadinya perubahan makna baik akibat perubahan kata karena kesalahan ucap, tekanan, nada, jeda, waqaf, panjang-pendek dan lain sebagainya.
            Oleh karena itu, tema makalah ini dibuat berdasarkan kendala-kendala yang terjadi dalam bidang fonologi. Karena ulama linguistik modern pun mengatakan perlunya diadakan pengkajian tentang ilmu bunyi mengingat sulitnya menuturkan bunyi-bunyi dari berbagai bahasa, karena banyaknya ragam dan variasi bahasa itu sendiri. Penjabaran ini pun dilakukan dengan tujuan agar bisa mempermudah atau menambah wawasan baru tentang ilmu bunyi agar nantinya para masyarakat yang belajar bahasa asing lainnya terhindar dari berbagai kesalahan tutur yang dapat membuat penutur aslinya tidak paham atau perubahan makna.
B. Ruang Lingkup
            Ruang Lingkup kajian fonologi ini mencakup pengertian fonologi itu sendiri, fonem, fonologi segmental yang terdiri dari vokal, diftong, konsonan, dan gugus konsonan, serta fonologi Suprasegmental yang terdiri dari tekanan, nada, dan jeda.

C. Rumusan masalah
1.  Bagaimana Bentuk Fonologi dalam bahasa Indonesia dan Arab?
2. Bagaimana bentuk persamaan dan perbedaan dari Bentuk-bentuk fonologi bahasa Indonesia dan Arab?
3. Bagaimana  Analisis Konstrastif bentuk fonologi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
4. Mengapa para pelajar Indonesia yang belajar bahasa Arab mengalami kesulitan dalam mempelajari fonologi Arab?

D. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pengajar dan pelajar bahasa target, yakni bahasa Arab dapat mengetahui bunyi – bunyi yang sama dan berbeda, serta dapat memprediksi kesulitan-kesuliatan yang akan dialami dalam pembelajaran agar dapat ditemukan solusi terbaik untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran.















BAB II
KAJIAN  TEORITIK

Ilmu bunyi dalam bahasa arab diistilahkan dengan ilmu ashwat yaitu ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan dan penerimaan bunyi bahasa. Sebagai ilmu yang dewasa kemudian bercabang lagi menjadi ilmu yang lebih spesifik yaitu ilmu fonetik, ilmu fonologi, ilmu akustik dll.
Ilmu fonetik adalah cabang ilmu dari ilmu bunyi yang khusus membicarakan masalah – masalah bunyi tanpa memperhatikan fungsi dan makna bunyi. Berbeda dengan fonologi, fonologi  adalah sebuah cabang ilmu bunyi yang membicarakan masalah – masalah bunyi dengan memperhatikan fungsi dan makna bunyi tersebut. Masalah saling mempengaruhi antar bunyi yaitu idgham, ikfa , imalah qubra, imalah shugra, tekanan, jeda dan jeda.
 Khalil bin ahmad telah menyusun sebuah kamus bahasa arab yang entrinya disusun berdasarkan makhraj bunyi yang terjauh dari tenggorokan. Dari pihak lain  ibnu jinni dalam bukunya Sirru Shinaat Al I’rab telah memperkenalkan organ bicara, mahraj, sifat – sifat bunyi, vokal panjang dan pendek dan berbagai fenomena bunyi seperti tebal dan tipis.
Ilmu bunyi arab merupakan ilmu murni kreatif dari ilmuwan Arab, bukan hasil adopsi dari ilmuwan Yunani seperti yang dituduhkan beberapa kalangan.
            Dalam ilmu fonologi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu segmental dan suprasegmental. Fonologi Segmental terdiri dari bunyi vokal, konsonan, diftong dan gugus konsonan . Sedangkan fonologi suprasegmental terdiri dari tekanan, nada dan jeda .
   Adapun yang termasuk fonologi Segmental adalah vokal, diftong, konsonan dan gugus konsonan. Vokal adalah bunyi yang bersuara, yang terjadi dengan penerobosan terhadap klep pita suara melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukannya, udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan di kerongkongan dan rongga mulut dan tidak mendapatkan penyempitan di saluran udara yang  mengakibatkan adanya geseran. Selain itu ada diftong, diftong adalah dua huruf vokal yang melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat dipisahkan (Moeliono). Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi pada bagian awal dan akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan ini menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya. Namun yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebua bunyi karena berada dalam satu silabel. Diftong terjadi jika vokal rangkap tersebut ada didalam satu suku kata. Adapun jika terletak disuku kata yang berbeda maka tidak bisa disebut diftong.
Adapun yang dimaksud dengan “gugus konsonan”  ialah “gabungan dua konsonan, atau lebih, yang termasuk dalam satu suku kata yang sama”. Dalam bahasa Indonesia, gugus konsonan pada dasarnya berasal dari kata asing (kata pungut), dan banyak orang menyelipkan fonem /a/ untuk memisahkan konsonan yang berdekatan. Dalam bahasa Indonesia, gugus konsonan tidak terdapat dalam posisi akhir kecuali dalam kata pungut. Gugus yang terdiri dari tiga konsonan jarang terdapat dalam bahasa Indonesia, apabila ada (dari kata pungut) mka ada kecenderungan untuk menyisipkan /a/ diantara konsonan kedua dan ketiga. Oleh karena langka terdapat dalam bahasa Indonesia, pelajar tidak mengetahui bagaimana lafalnya kalau tidak mendapat latihan-latihan yang cermat. Kecenderungan lain ialah untuk hanya melafal konsonan pertama dan kedua dari gugus tersebut pada akhir kata.
Konsonan adalah bunyi huruf mati
Bagian Fonologi yang kedua adalah fonologi suprasegmental. Yang termasuk dalam suprasegmental adalah tekanan, nada, jeda dan waqaf. Nada adalah sebuah unsur dalam ucapan yang dapat membantu seseorang untuk mengekspresikan emosinya dan berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Apabila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, apabila diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Pada bahasa-bahasa tertentu, nada bisa bersifat fonemis maupun morfemis. Sedangkan jeda adalah pemutusan suatu arus bunyi – bunyi segmental ketika diujarkan oleh penutur. Sebagai akibatnya, akan terjadi kesenyapan di antara bunyi – bunyi yang terputus itu. Kesenyapan ini bisa berada di posisi awal, tengah dan akhir ujaran. Waqaf adalah tempat berhenti sejenak di antara kata – kata atau penggalan kata dalam proses bicara, dengan maksud untuk menunjukkan tempst berakhirnya suatu lafal atau penggalan kata dan memulai kata – kata atau penggalan kata yang baru.









Bab III
PEMBAHASAN

A.      AKON FONEM SEGMENTAL

1.      Analisis Kontrastif Fonem Vokal(الأصوات الصتئتة)
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Bahasa Arab memiliki tiga vokal pendek atau vokal utama(الصوائت القصيرة), yaitu /a/ atau (َ ), /i/ atau (ِ) dan /u/ (ُ). Dan vokal panjang)الصوائت الطويلة) yaitu alif (ىا) Wawىو)) dan Ya (ىي).Bahasa Indonesia memiliki enam vokal, yaitu /i/, /a/, /u/, /e/, /o/, /ə/   
Distribusi vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Tabel Pembentukan Vokal Bahasa Indonesia
Fonem
Posisi Bibir
Tinggi Rendah Lidah
Maju Mundur Lidah
Bulat
T.Bulat
Tnggi
sdng
Rndh
Dpn
Tngh
Blkng
A
V



v

v

I

v
V


V


U
V

V




V
E

v

v

V


O
V


v



V
ə

v

v


v





Tabel Pembentukan Vokal Bahasa Arab
Fonem
Posisi Bibir
Tinggi Rendah Lidah
Maju Mundur Lidah
Bulat
T.Bulat
Tnggi
sdng
Rndh
Dpn
Tngh
Blkng
َ

v


v

v

ِ

v
V


V


ُ
v

V




V
ىا

v

v


v

ىي

v

v

V


ىو
v


v



V

Dari Tabel Pembentukan Vokal Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia diatas dapat terlihat bahwasanya;
1.      Tidak semua huruf vokal Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab yang sama, sama pula pembentukannya tetapi ada pula yang berbeda seperti yang terjadi pada;
ü A dan َpada posisi bibir
2.      Tidak semua Vokal Pendek dan Vokal Panjang bahasa Arab mempunyaipembentukan vokal yang sama, seperti yang terjadi pada;
ü َ dan ىاpada tinggi rendahnya lidah

Tabel Posisi Vokal  Bahasa Indonesia Dalam Fonem

Posisi
Fonem
Awal
Tengah
Akhir
I
/itik/itik
/pizza/pizza
/pagi/pagi
E
/ekor/ekor
/nenek/nenek
/sore/sore
/∂mas/ emas
/ruw∂t/ ruwet
/tip∂/ tipe
A
/anak/anak
/sakit/sakit
/pita/pita
U
/uler/uler
/masuk/masuk
/bau/bau
O
/obat/obat
/balon/balon
/baso/baso











Tabel Posisi Vokal  Bahasa Arabالأصوات الصائتة)  )Dalam Fonem
اخر الكلمة
وسط الكلمة
أول الكلمة
الحرف
عصا
باب
اسم
ا
غزو
كوب
ولد
و
اقصي
ميناء
يتيم
ي






Selain Vokal Pendek dan Panjang di dalam Bahasa Arab juga terdapat Vokal Tebal dan Vokal Tipis, Yaitu;
                              ·          Vokal Tebal (مفخمة), bila ada konsonan palatal empat, yaitu ص، ض، ط، ظ.  Contoh: صبر، ضرب، طلب، ظلم
                              ·          Semi Tebal, bila ada konsonan velar yaitu       غ، ق، خcontoh; خير، غير، قير
Contoh; خير، غير، قير
                              ·          Vokal Tipis yaitu semua vokal selain diatas ; سفر

Vokal bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat kepersisan, aspek persaman dan perbedaan, yaitu:
Aspek Persamaan antara vokal Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia;
1.      Kepersisan antar kasroh qosirohِ : / i / dalam bahasa Indonesia, demikian pula antara dhommah qosirohُ  :  dengan / u / , dan antara fathah qosirohَ: dengan / ∂ /.
2.     Aspek persamaan antara fathah tawilah / ا  َ/ dengan / a /, yaitu sama samavokal terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda karena / َا  / vokal depan dan panjang sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.

Aspek Perbedaan antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab;
1.        Didalam bahasa Indonesia terdapat vocal panjang seperti pada bahasa    arab : / i / , /u: /, dan / æ /. 
2.        Didalam bahasa Arab tidak terdapat vocal / e / dan / o . Sedangkan didalam bahasa Indonesia terdapat.
3.        Didalam bahasa Arab terdapat Vokal Tebal dan tipis, sedangkan dibahasa Indonesia tidak ada vokal tebal dan tipis.

2.      ANALISIS KONTRASTIF AKON DIFTONG
            Berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, diftong dibedakan menjadi Diftong Naik dan Diftong Turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua. Sebaliknya, disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.
            Dalam bahasa Indonesia, terdapat 3 diftong, yakni [ai], [au] dan [oi] yang masing-masing dapat dituliskan secara fonemis /ay/, /aw/, /oy/. (moeliono). Contoh bunyi [ai] terjadi pada kata cukai, landai, ramai. Contoh bunyi [au] terjadi pada kata kerbau, harimau, halau. Dan contoh bunyi [oi] terjadi pada kata amboi.
            Sedangkan dalam bahasa Arab, terdapat 2 diftong, yakni [au] dan [ai]. Kedua diftong ini dipakai bila و dan ي berada setelah huruf berbaris fathah. Contoh bunyi أو، لو، يوم، خوف، ليس، بين، شيئ  . namun, terdapat perbedaan antara istilah vokal rangkap bahasa Indonesia dengan bahasa Arab. Jika dalam bahasa Indonesia, diftong sama dengan vokal rangkap, namun dalam bahasa Arab, vokal rangkap berarti tanwin. Dan dalam bahasa Arab, bunyi vokal diwakili dengan tanda harakat, bukan dari bentuk huruf Hijaiyahnya, karena semua huruf hijaiyah adalah huruf konsonan.
a. Persamaan Antara Diftong bahasa Indonesia dan bahasa Arab
            1. Sama-sama terdapat bunyi [au] dan [ai]
            2. Sama dalam bentuk pengucapannya
           
            b. Perbedaan Antara Diftong Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
1. Bahasa Indonesia mengenal 3 diftong sedangkan bahasa Arab hanya mengenal 2  diftong
2. Bentuk penulisan vokal diftong dalam bahasa Indonesia ditandai dengan huruf vokal a-i-u-o, sedangkan bahasa Arab penulisan vokal diftongnya ditandai dengan harakat fathah yang bertemu huruf sukun pada huruf و dan ي.
c. Kesulitan yang Mungkin Dihadapi Siswa
1. Siswa mungkin akan mengalami kesulitan ketika membaca huruf Arab yang tidak berharokat, sehingga mereka tidak mengetahui kata tersebut termasuk diftong atau tidak.
d. Solusi
1. Mengajarkan kepada siswa yang belajar bahasa target (Arab) tentang kaidah-kaidah / tatabahasa Arab agar dapat melafalkan dengan benar dan tepat tanda harakat pada teks
2. Memberi harakat pada kalimat yang ditulis untuk dilafalkan siswa.


3. Analisis kontrastif bunyi Konsonan(صوامت)
Bunyi konsonan ada 2 macam, yaitu yang bersuara (voiced) dan yang tidak bersuara (voiceless). Dalam Bahasa Indonesia ada 24 fonem konsonan, yaitu; p, b, t,v,d, c, j, k, g, f, s, z, x, h, m, n, r, l,y, w,kh,ng, hamzah dan sy.  Dan dalam Bahasa Arab terdapat 28 konsonan. Yaitu ;
أ،ب،ت،ث،ج،ح،خ،د،ذ،ر،ز،س،ش،ص،ض،ط،ظ،ع،غ،ف،ق،ك،ل،م،ن،و،ه،ي
a.      Persamaan dan Perbedaan Pada Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Adapun di dalam konsonan ditemukan persamaan (kepersisan), perbedaan, dan kemiripan, yaitu sebagai berikut :
(1)          Persamaan antara / ب / dengan  / b /,
(2)          Persamaan antara / م / dengan / m /,
(3)          Persamaan antara / ف / dengan / f /,
(4)          Persamaan antara / ز / dengan / z /,
(5)          Persamaan antara / س / dengan / s /,
(6)          Persamaan antara / ر / dengan / r /,
(7)          Persamaan antara / د / dengan / d /,
(8)          Persamaan antara / ت / dengan / t /,
(9)          Persamaan antara / ل / dengan / l /,
(10)      Persamaan antara / ن / dengan / n /,
(11)      Persamaan antara / ش / dengan / sy /,
(12)      Persamaan antara / ي / dengan / y /,
(13)      Persamaan antara / ك / dengan / k /,
(14)      Persamaan antara / ھ / dengan / h /, dan
(15)      Persamaan antara / و / dengan / w /
(16)      Persamaan antara / ج /  dengan / j /
(17)      Persamaan antara / غ / dengan / g /
(18)      Persamaan antara / خ / dengan / kh /
(19)      Persamaan antara / ق / dengan / q /
Di prediksi siswa Indonesia tidak akan menemui kesulitan dalam menuturkan bunyi – bunyi Arab diatas, karena mereka telah terbiasa menuturkannya dalam bahasa ibu mereka. Oleh karena itu, dalam proses pengajaran bahasa Arab bunyi – bunyi ini tidak perlu mendapat perhatian ekstra.
b.      Perbedaan Konsonan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia yaitu;
1.      bahwa didalam bahasa Indonesia tidak terdapat Bunyi konsonan mufakhkham, yaitu / ص /, /  ض /, / ط /, / ق/, /ظ /, / خ /, /غ /.
2.      Sin (س) Arab dideskripsikan /apikoalveolar/geseran/tidak bersuara/ sedangkan S bahasa Indonesia dideskripsikan : /laminoaveolar/geseran/tidak bersuara/
3.      Zai  (ز) Arab dideskripsikan :apikoaveolar/geseran/bersuara/sedangkan Z bahasa Indonesia dideskripsikan : /laminoaveolar/geseran/bersuara/
4.      Dal (د ) Arab dideskripsikan :/apikoalveolar/letupan/bersuara/sedangkan D bahasa Indonesia dideskripsikan apikopalatal/letupan/bersuara/
5.      Lam (ل ) Arab dideskripsikan :/apikopalatal/geseran/sampingan/bersuara/ sedangkan L bahasa Indonesia dideskripsikan : /apikoaveolar/geseran/sampingan/bersuara
6.      Nun (ن) Arab dideskripsikan :/apikopalatal/geseran/nasal/bersuara/ sedangkan N bahasa Indonesia dideskripsikan :/apikoalveolar/geseran/nasal/bersuara
7.      Hamzah(ء) Arab dideskripsikan : /glotal/letupan/bersuara/ sedangkan hamzah bahasa indonesia dideskripsikan :/glottal/letupan/antara/
Perbedaan diatas sangat tipis dan sulit membuktikannya secara empiris, perbedaan tersebut hanyalah perbedaan secara ilmiah. Untuk mendapatkan penuturan yang benar yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, penuturan sesuai deskripsi harus diupayakan.
Diprediksi santri indonesia akan membuat kesalahan dalam menuturkan bunyi – bunyi diatas, walaupun mereka tidak merasa bahwa mereka salah, karena mereka telah terbiasa menuturkan bunyi yang mirip dengan bunyi arab. Oleh karena itu, seorang guru, tutor tahsin qiraah dan hakim diminta untuk memperhatikan dan menyakinkan bahwa bunyi yang dituturkan adalah sesuai dengan deskripsi bunyi arab.
c.       Konsonan yang ada dalam bahasa arab, tidak ada dalam bahasa indonesia
1.      Tsa (ث)
2.      Dzal (ذ)
3.      Zha (ظ)
4.      Shad (ص)
5.      Tha (ط)
6.      Ra (ر)
7.      Lam (ل)
8.      Dhad (ض)
9.      Ha (ح)
10.  Ain (ع)
d.      Konsonan yang ada di dalam bahasa indonesia, tidak ada dalam bahasa arab
1.      P
2.      V
3.      C
4.      Ny
5.      Ng
e.      Kesulitan yang akan dialami Pelajar BT dalam masalah Konsonan dan Solusi untuk Menanggulanginya:
1.      Siswa akan sulit dalam melafalkan konsonan mufakhamah pada Bahasa Arab (/ ص /, /  ض /, / ط /, / ق/, /ظ /, / خ /, /غ /.) karena dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat konsonan Mufakhomah.
2.      Siswa akan sulit mengucapkan huruf ش karenah tidak terdapat dalam Konsonan BahasaIndonesia.
3.      Siswa yang cadel akan sulit mengucapkan konsonan /r/ dan /ر /.
4.      Seseorang dari tanah sunda buasanya akan mengalami kesulitan dalam pelafalan konsonan /ف/, karena lebih terbiasa dengan /pa/.
5.      Seseorang yang berasal dari tanah jawa biasanya akan mengalami kesulitan dalam pelafalan huruf /ع/ dan mereka biasa membaca dengan/nga/.
Solusi dari kesulitan- kesulitan diatas maka bahwasannya pendidik bahasa Arab harus memperhatikan kesulitan- kesulitan tersebut dalam melafalkan huruf- huruf konsonan yang khusus yang banyak terdapat kesulitan dalam pelafalannya. Pendidik harus lebih intensif serta memperhatikan dengan jelas satu persatu siswa dalam pelafalan konsonan tersebut, jangan biarkan siswa tersebut terus menerus berada dalam kesalahan, sebagai pendidik harus terus memantau, mengajari, serta mengevaluasi. Serta pendidik pula harus membiasakan diri untuk menggunakan makhroj huruf yang benar dan mengajarkannya pada siswa dengan baik dan benar.
Selain pendidik orang tua juga berperan dalam pelafalan suatu fonem. Sedari kecil hendaknya bagi para orang tua untuk membiasakan anak- anaknya dalam mengucapkan sesuatu dengan benar tanpa harus ada yang di cadel- cadelkan. Karena biasanya orang tua suka meniru bahasa anak yang belum terlalu fasih dalam mengucapkan sesuatu sehingga anak tersebut menganggap bahwasannya apa yang dia katakan dan diikuti oleh orang tuanya itu benar. Maka anak tersebut terus menerus akan menggunakan bahasa dengan pelafalan yang kurang fasih tersebut. maka hendaknya untuk para orang tua biasaknlah berbahasa dengan baik dalam pelafalannya maupun dalam tata bahasa dan lain sebagainya, dan terapkan pada anak- anak anda sejak dini karena bagaimanapun bahasa merupakan sumber dari adanya komunikasi, tanpa adanya bahasa maka lumpuhlah komunikasi.


Tabel Perbandingan Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Tempat Artikulasi / Makharij
Cara pengucapan / Artikulasi
Letup
Geseran
Tengah-tengah
B
T
B
T
Pd.
B
Lt.
B
Tr.
B
Ns.
B
Sv.
B
kh
rq
kh
rq
Kh
rq
kh
rq
Bilabials

b
ب

p







m
م
w
و
Labio dentals





v

F
ف





Inter dentals




ظ
ذ

ث





Apiko alveolars





z
ز
ص
S
س


r
ر


Apiko-dental alveolars
ض
d
د
ط
t
ت





L
ل

n
ن

Fronto palatals

j

c



sy
ش
ج


Ny

Medio palatals












y
ي
Dorso velars

g

k
ك
غ

خ
kh



Ng

Dorso uvular

ء
ق










Root paryngeal





ع

ح





Glottal







ه








3.      Analisis Kontrastif gugus- gugus Konsonan
        
Gugus Konsonan antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
1.      Gugus yang konsonan keduanya /l/
*   Gugus /kl/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
klasik
-
Inklusif
-
-
أكل(akl)

*   Gugus /fl/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Flora
-
inflamasi
-
-
طفل(thifl)






*   Gugus /bl/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
blokade
-
gamblang
-
-
حبل(Habl)

*   Gugus /sl/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Slogan
-
-
-
-
نسل(cucu)

2.      Gugus yang konsonan keduanya getar /r/
Ø Gugus /br/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
brankas
-
Ambruk
-
-
صبر(shabr)

Ø Gugus /tr/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
tradisional
-
Netral
-
-
ستر(satr)





Ø Gugus /dr/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
drama
-
Indra
-
-
صدر(shodr)

3.      Gugus yang konsonan keduanya desis /s/
Ø Gugus /ks/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Ksatria
-
Ekstra
-
Kompleks
عكس(aks)


4.      Gugus yang konsonan keduanya /k/
Ø Gugus /sk/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
sketsa
-
-
-
-
نسك

5.      Gugus yang terdiri dari tiga konsonan
Ø Gugus /skr/
Awal
Tengah
Akhir
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Skripsi
-
Manuskrip
-
-
-

        Konsonan ganda bahasa Arab. Dengan menggandakan konsonan  yang sama , Contoh:
1.        Huruf   دّ = dd pada kosa kata مدّ- يمدّ = مدد
2.        Huruf  رّ  = rr pada kosa kata مرّ- يمرّ = مرر
Contoh konsonan rangkap ditengah
No
Kosa kata bahasaarab
transliterasi
  1.  
مجلّة
majallatun
  1.  
كرّم
karroma
  1.  
مصلّى
mushallah

Contoh Konsonan rangkap diakhir
No
Kosa kata bahasaarab
transliterasi
1.       
شكّ
Sakka
2.       
مدّ
madda
3.       
مرّ
Marro
*        Persamaan dan perbedaan gugus konsonan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
1.      Pelafalan Gugus konsonan Bahasa Idonesia sama dengan Mad Layyin pada Bahasa Arab
2.      Didalam Bahasa Arab Hanya terdapat gugus konsonan pada tengah dan akhir kata sedangkan di dalam Bahasa Indonesia hanya terdapat gugus konsonan pada awal dan tengah kata.
3.      Dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat gugus konsonan yang menggandakan konsonanan yan sama tetapi dalam bahasa arab ada.
4.      Dalam Bahasa Indonesia terdapat gugus dengan tiga konsonan sedangkan didalam bahasa Arab tidak ada.
*        Prediksi kesulitan yang akan dialami Pelajar BT (bahasa Arab) dan solusinya
1.        Pelajar Bahasa Arab akan sulit dalam mengucapkan gugus konsonan dalam bahasa arab baik di akhir kata dalam bahasa arab.
2.        Pelajar Bahasa Arab akan sulit dalam mengucapkan gugus konsonanyang menggandakan konsonan yang sama karena dalam Bahasa Indonesia tidak ada.
Solusi untuk masalah tersebut adalah guru harus terus- menerus mengulang kata- kata yang mengandung gugus konsonan agar siswa tersebut terlatih dan mudah dalam melafalkannya.

B.      AKON FONEM SUPRASEGMENTAL
1.      Tekanan
Dalam sebagian bahasa, tekanan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembedaan bentuk dan makna kata, dalam artian bahwa tanpa keikutsertaan tekanan dalam penuturan kalimat, kita tidak akan dapat mengerti maksud kalimat itu secara utuh.
Dalam Bahasa Indonesia pada kata [məmbəri] ketika diucapkan pada penggalan pertama [məm] bermakna sama dengan ketika diucapkan dengan tekanan pada penggalan kedua [bə] atau penggalan ketiga [ri].
Dalam Bahasa Arab pada kata [ضرب], apabila terjadi tekanan pada konsonan pertama, kedua, atau ketiga maknanya akan tetap sama.
Jadi Tekanan (pada kata) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab tidak terjadi perubahan makna didalamnya.
Dalam bahasa Indonesia tekanan (pada kalimat) dapat mempengaruhi perubahan makna
Contoh :
·         Diatidakmaupergi. (tekananpadasuku kata <ma>berartibahwa orang itumeskipundipaksateteappadatempatnya.
·         Diatidakmaupergi. (tekananpadasuku kata <dia>berartibahwa orang itusaja yang tidakmaupergi, sedangkan orang lain sudahberangkat.

Pada kalimat Bahasa Arab tidakberlakukarena dalam bahasa Arab terdapat aturan tata bahasa yang sudah ditentukan yang dapat mengidetifikasi maksud dari kalimat tersebut.

2.      NADA
            Dalam bahasa-bahasa bernada atau tonal, seperti bahsa Thai, Vietnam, Mandarin, nadanya bersifat morfemis (merubah makna). Dalam bahasa tonal biasanya dikenal lima macam nada, yaitu:
a. Nada naik atau meninggi, biasanya diberi tanda garis ke atas (/)
b. Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar (-)
c. Nada turun atau merendah , biasanya diberi tanda (\)
d. Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi, biasanya diberi tanda (\/)
e. nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah, biasanya diberi tanda (/\)
            Nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini, dibedakan menjadi 4 macam angka. Nada yang paling tinggi diberi tanda dengan angka 4 terus menurun hingga nada yang paling rendah diberi tanda angka 1. Secara umum, nada yang normal yang digunakan oleh seorang pembicara adalah nada (2). Nada (4) sangat jarang digunakan oleh seorang penutur kecuali jika ia meluapkan emosinya seperti marah, terkejut, kesakitan atau sangat bahagia.
Sebuah nada selalu mengandung suatu gerakan berlagu dengan jarak waktu yang bervariasi. Namun, tidak selalu keseluruhan gerakan itu yang penting, artinya yang dapat membedakan nada itu dari nada-nada yang lain yang digunakan oleh bahasa. Ada bahasa nada yang nadanya pungtual,  artinya hanya satu unsur yang diperhatikan untuk identifikasi, yaitu suatu titik dilengkung lagu, misalnya titik tertinggi atau titik yang paling rendah.  Didalam sebagian besar bahasa bernada pungtual, nada menandai  sebuah suku kata dan setiap suku kata memiliki nada. Seperti pada bahasa mandarin contohnya, kata “mà” artinya  marah, Sedang kan “má” artinya kuda dan “mǎ” artinya ibu.
a. Persamaan Nada dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab bukanlah bahasa intonasi, oleh karena itu, perubahan intonasi / nada pada kedua bahasa ini tidak selamanya mengubah pengertian. Intonasi terjadi karena pengaruh dialek seseorang atau kebiasaan seseorang yang berbahasa. Namun dalam beberapa kondisi, intonasi / nada dapat berfungsi sebagai pembeda antara kalimat positif dengan kalimat Tanya, menyatakan persetujuan, penolakan, keheranan atau ketakjuban.
Berikut beberapa fungsi kebahasaan yang sama dari kedua bahasa tersebut:
1. Fungsi Semantik yang membedakan makna kalimat. Seperti kata ما شاء الله jika diucapkan dengan nada menurun, artinya bisa menunjukkan rasa menahan amarah, dan bila diucapkan dengan nada yang agak tinggi artinya bisa menunjukkan rasa takjub
2. Fungsi Ketatabahasaan, yang membedakan bentuk kalimat. Seperti kalmat ما أجمل هذا لمظاهر apabila dituturkan dengan nada biasa, maka akan menjadi kalimat takjub. Namun jika dituturkan dengan intonasi naik-turun maka akan menjadi kalimat Tanya.
                                                                                                      
b. Perbedaan Nada dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Tidak ada perbedaan secara signifikan antara nada dalam bahasa Arab dan dalam bahasa Indonesia. Perbedaan mendasar dari kedua bahasa ini adalah jika dalam bahasa Indonesia, satu struktur bisa berubah artinya menjadi kalimat Tanya dengan nada tanpa penambahan kata, maka dalam bahasa Arab, umumnya selain mengubah nada, bahasa Arab memerlukan kata Tanya “istifham” sebagai tambahannya.
c. Kesulitan yang Mungkin di alami siswa
siswa merasa kesulitan dalam menuturkan intonasi kalimat Tanya pada kalimat positif dalam bahasa Arab jika tanpa penambahan huruf istifham.

d. Solusi        
            mengajarkan siswa beberapa diksi atau pilihan kata yang tepat dalam bahasa Arab
Perlu dicatat bahwa nada tinggi dan rendah memiliki fungsional yang sama. Walaupun penutur dan warna suara penuturnya berbeda-beda, tetap saja nada tinggi atau rendahnya dapat dikenali karena adanya kontras dengan nada yang terdapat pada suku-suku kata berikutnya.
3.      Jeda (Juncture) dan Waqaf.
Kesenyapan awal terjadi ketika bunyi itu akan diujarkan,misalnya ketika akan mengujarkan kalimat ini buku terjadi kesenyapan yang tak terbatas sebelumnya. Kesenyapan tengah terjadi antara ucapan kata – kata dalam kalimat, misalnya antara ucapan kata ini dan buku pada ini buku; atau ucapan antar suku kata, misalnya antara suku kata i dan ni pada kata ini, walau kesenyapan ini sangat singkat. Kesenyapan akhir terjadi pada akhir ujaran, misalnya ujaran akhir kalimat ini buku terjadi kesenyapan yang tak terbatas sesudahnya.
Kesenyapan awal dan akhir ujaran ditandai dengan palang rangkap memanjang (), kesenyapan di antara kata ditandai dengan palang rangkap pendek (#), sedangkan kesenyapan di antara suku kata di tandai dengan palang tunggal ( + ). Dengan demikian, kalimat ini buku kalau di transkripsikan dengan memperhatikan kesenyapan terlihat sebagai berikut :
( i + ni # bu + ku )
Kesenyapan juga bisa disebut sendi (juncture) karena kesenyapan itu sekaligus merupakan tanda batas antara bentuk – bentuk linguistikbaik dalam tataran kalimat, klause, frase, morfem, silaba maupun fonem.
Dalam penuturan, keempat jenis suprasegmental tersebut selalu menyertakan bunyi – bunyi segmental. Kerja sama keempat jenis suprasegmental sejak awal hingga akhir penuturan disebut intonasi. Jadi intonasi pada dasarnya bercirikan gabungan nada, tekanan,dan jeda.
Selain itu ada juga waqaf. Para linnguis arab terutama ulama klasik kurang memperhatikan masalah waqaf ini sebagai mana mestinya,walaupun dalam bahasa arab banyak terdapat indikasi yang menunjukkan bahwa waqaf berfungsi sebagai fonem, yang dapat membedakan arti kalimat.
Tampaknya perhatian para ahli linguistik arab tentang waqaf terkonsentrasi dalam al qur’an. Diantaranya tanda waqaf lazim, yang harus berhenti ( :
انما يستجيب الذين يسمعون (م) والموتى يبعثهم الله (سورة الأنعام : ٣٦






















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.     Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fonologi yang merupakan sebuah cabang ilmu bunyi yang membicarakan masalah – masalah bunyi dengan memperhatikan fungsi dan makna bunyi tersebut. Fonologi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab ternyata tidak semua sama. Ada beberapa bunyi yang dipakai dalam bahasa Indonesia namun tidak dipakai dalam bahasa Arab, atau sebaliknya dipakai dalam bahasa Arab namun tidak dalam bahasa Indonesia seperti huruf tebal, dan lafal-lafal huruf yang tidak dikenal dalam abjad Indonesia.
Hampir di setiap bagian fonologi antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab memiliki banyak persamaan dan perbedaan. Persamaan fonologi diantara keduanya adalah adanya diftong, sama-sama bukan bahasa nada (tonal) yang artinya nada tersebut selalu dapat mengubah makna. Selain itu, keduanya juga memiliki tekanan, dan jeda. Sedangkan perbedaannya terdapat pada makhroj huruf, gugus konsonan yang berbeda, karena bahasa Arab tidak memiliki gugus konsonan kecuali harokat pada akhir kata disukunkan.
Karena terdapat persamaan dan perbedaan itulah banyak terjadi kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar bahasa target dalam pelafalan huruf vokal, difthong, konsonan, dan gugus konsonan. Selain dari berbedanya huruf tulisan dan bunyinya, hal ini juga disebabkan karena perbedaan budaya komunikasi dan tatabahasa diantara keduanya. Solusinya dengan cara membiasakan pembelajar bahasa target menggunakan bahasa target dengan benar baik dari segi bahasa maupun tata bahasa.

2.      Saran
Dengan adanya persamaan dan perbedaan serta prediksi kesulitan yang telah dijelaskan sebelumnya, guru disarankan untuk lebih kreatif lagi dalam menganalisis para siswanya dan inovatif dalam mengembangkan metode dan media mengajarnya.


Daftar Pustaka

Muslich, Masnur. 2010. Fonologi bahasa indonesia tinjauan deskriptif sistem bunyi bahasa indonesia. Edisi I. Jakarta: Bumi Aksara.
Marsono. 1993. Fonologi. Yogjakarta: Gadjah mada university
HP, Ahmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Mansyur, Mohammad, dkk. 1992. Belajar Aktif Bahasa Arab. Jakarta: PT. Grasindo
Martinet, Andre. 1980. Ilmu Bahasa: Pengantar. Yogyakarta: Kanisius
Nababan, Sri Utari Subyakto.1994. Analisis Konstraktif dan Kesalahan: Suatu Pengantar. Jakarta: IKIP Jakarta
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari.2010. Bunyi Bahasa :’ilm Al-ashwat Al-‘Arobiyyah’. Jakarta: Amzah
Suwandi, Sarmiji. 2008. Serba Linguistik. Surakarta: UNS Press


0 komentar:

Posting Komentar