Banner 468 x 60px

 

Sabtu, 17 September 2016

Bahayanya Prasangka Buruk terhadap orang lain

0 komentar

🙏🏾PRASANGKA BAIK KEPADA SESAMA MUKMIN🙏🏾

➖Allah Ta’ala berfirman,

.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]

➖Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

"Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”.

➖Amirul Mukminin Umar bin Khathab berkata,

“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”

➖Bakar bin Abdullah Al-Muzani yang biografinya bisa kita dapatkan dalam kitab Tahdzib At-Tahdzib berkata :

“Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala,namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu”.

➖Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi berkata :

“Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri,

“Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.

Sufyan bin Husain berkata,

“Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah.

Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata,

“Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?”

Aku menjawab, “Tidak”.

Beliau bertanya lagi,

“Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?”

Aku juga menjawab,

“Tidak”.

Beliau berkata,

“Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?”

Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu”.

➖Abu Hatim bin Hibban Al-Busti bekata dalam kitab Raudhah Al-‘Uqala (hal.131),

”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus (mencari cari kesalahan) dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri.

Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya.

Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya”.

Tajassus adalah cabang dari kemunafikan.

✍🏼 (GPS)

💝Wallahua'lam💝

0 komentar:

Posting Komentar