Banner 468 x 60px

 

Senin, 02 Desember 2019

Dua Bait misteri dalam nadzom Alfiyah Ibnu Malik

0 komentar
الفيۃ ابن مالك
DUA BAIT MISTERI DALAM NADZOM ALFIYAH IBN MALIK 

Nadhom Alfiyah Ibn Malik karya Assyaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik, merupakan sebuah karya yang sangat fenomenal, yang tidak akan pernah terhapus dalam khazanah intelektualitas pesantren. Khususnya pesantren salaf.

Kitab ini bertemakan tentang qaidah-qaidah gramatika bahasa arab, seputar nahwu shorof, dan diantara keunikan  dari kitab ini adalah penempatan kata-kata dan contoh dalam nadzhom yang tidak sembarangan, melainkan mempunyai maksud dan isyaroh tersendiri. Semisal kalam-kalam hikmah, falsafah dan nasehat hidup.

Beliau menamai nadzhom tersebut dengan nama Alfiyah, diambil dari jumlah bait dalam nadzom tersebut yakni seribu, (baca dalam bahasa arab; alfun).

Namun pada kenyataannya, jumlah bait dari nadzhom alfiyah itu sendiri adalah 1002 bait, ada tambahan 2 bait di muqoddimah, dan juga ada cerita menarik dibalik penambahan 2 bait tersebut.
Tentang arti dari sebuah rasa bangga, tentang ta’dzim kepada sang guru, tentang tulusnya sebuah karya, juga tentang adab terhadap orang yang sudah meninggal.

Diceritakan bahwa Syaikh Ibnu Malik dalam menyusun nazhom Alfiyah ini terinspirasi dari almarhum sang guru yang sudah terlebih dahulu menyusun sebuah nadzhom yang berjumlah 500 bait. Beliau adalah Syaikh Ibn Mu’thiy. Karyanya tersebut diberinama Alkaafiyah, namun mashur juga disebut dengan Alfiyah Ibn Mu’thiy. 
(Disebut Alfiyah, karena terdiri dari 1000 satar, adapun satar,adalah setengah bagian dari satu bait).

Ketika beliau sudah mantap menyimpan semua gambaran nadzhom alfiyah dalam memori otaknya, beliaupun memulai untuk menulis untaian nadzom-nadzom indah tersebut.

Hingga pada saat beliau menulis bait ke lima, bagian satar ke sepuluh yang berbunyi;

وتَقتضِى رضًا بغير سخطٍ  #  فائقةً ألفيّةً ابن معطى
(Dan kitab alfiyah itu akan menarik keridhoan yang tanpa didasari kemarahan
Dan kitab alfiyah ini lebih unggul dari kitab alfiyahnya ibnu mu’thiy)

Seketika semua hafalan yang sudah tersimpan rapi dalam memori otak beliaupun lenyap. Beliau tidak ingat satu hurufpun.
Syaikh ibnu malik pun merasa cemas, sedih, juga bingung, entah apa yang harus beliau lakukan.  Hingga akhirnya beliaupun tertidur pulas.

Dalam mimpinya, beliau dibangunkan oleh seorang kakek yang memakai pakaian serba putih, jubahnya hampir menutupi sebagian kepalanya sehingga wajahnya tidak nampak secara jelas.
Kakek itu menepuk pundak syaikh ibnu malik sambil berkata;

“wahai anak muda, bangunlah!, bukankah kamu sedang menyusun sebuah kitab?”

“Iya kek,” seketika ibnu malik terbangun.

“namun aku lupa semua hafalanku, sehingga aku tak mampu tuk melanjutkanya” lanjutnya.

Kakek itu pun bertanya, “sudah sampai mana kamu menulisnya?”

“baru sampai bait kelima”,  beliau menjawab sambil membacakan bait yang terakhir.

“bolehkah aku melanjutkan hafalanmu,?” tanya kakek tersebut.

“tentu saja”.

Kakek itupun membacakan sepasang bait ;

فائقةً من نحو ألف بيتي  #  والحيّ قد يغلب ألف ميّتي
(Seperti halnya mengungguli dalam seribu bait #
Orang yang masih hidup, terkadang mengalahkan 1000 orang yang sudah meninggal)

Seketika setelah mendengar satu bait yang diucapkan oleh kakek tersebut, Syaikh Ibn Malik pun terbangun. Dan beliaupun menyadari satu hal, bahwa kakek dalam mimpinya itu tidak lain adalah sang guru, yakni Syaikh Ibnu Mu’thiy yang dengan jelas menegur Syaikh Ibnu Malik dengan sindiran di bait tersebut.
Beliau juga sadar, bahwa ungkapan bangga yang beliau ungkapkan dalam bait kelima tersebut ternyata merupakan perasaan takabbur yang timbul dari nafsunya, perasaan yang secara tidak langsung telah menerobos sebuah adab, akhlaqul karimah seorang murid  kepada gurunya.

Sadar akan hal itu, Ibnu Malik pun bertaubat kepada Sang pencipta atas rasa takabburnya. Beliau juga hendak meminta maaf kepada Ibnu Mu’thiy, beliau berziarah ke makam Syaikh Ibnu Mu’thiy.

 Selepas berziarah, beliaupun hendak melanjutkan karangan tersebut dengan menambahkan 2 bait di bagian Muqoddimah yang pada awalnya tidak masuk dalam rencana, dengan harapan bahwa hafalannya akan pulih kembali.

2 bait tersebut berbunyi seperti ini :

وهو بسبق حائز تفضيلا # مستوجب ثنائي الجميلا
Dan dia (ibnu mu’thiy) memang lebih dahulu dan mendapatkan keunggulan
Dia juga pantas mendapatkan pujian (legitimasi) yang sangat baik dariku

والله يقضي بهبات وافرة # لي وله في درجات الآخرة
Semoga Alloh memberikan anugerah yang sempurna
Untukku dan juga beliau dalam derajat yang tinggi di akhirat kelak

Secara ajaib, semua memori hafalan nadzom yang ingin beliau tulis itupun kembali tergambar jelas di otak dan hatinya. Beliaupun sangat bersyukur dan kemudian melanjutkan karangannya.

Hingga akhirnya terciptalah sebuah mahakarya yang terkenal di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Nadhoman yang sangat popular dikalangan santri, khususnya santri salaf. Dan sampai saat ini pun, masih banyak santri-santri yang menghafalnya.

Konon katanya, hafalan Alfiyah itu sendiri lebih cepat hilang dibanding Al-qur’an apabila si penghafalnya berbuat maksiat. Dan juga orang yang hafal Alfiyah itu punya daya tarik tersendiri.Wallohu a’lam.

Banyak sekali versi yang tersebar tentang 2 bait tambahan dalam nadzom Alfiyah Ibnu Malik, salah satunya diceritakan dengan jelas dalam Syarah Alfiyah itu sendiri, yakni dalam kitab Qodhi Al-qudhot. 

Namun inti nya sama, yakni cerita yang mengandung pesan tentang adab kita kepada seorang guru yang harus tetap dilakukan, meskipun kemampuan kita telah melebihi sang guru tersebut. Atau meskipun guru kita telah meninggal dunia.

Karena tidak ada yang namanya “mantan guru”…

Copas : Sabilul Huda Media
Read more...

keajaiban surat Al-ikhlas

0 komentar
Kisah ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a.
Pada suatu pagi Rasulullah SAW bersama dengan sahabatnya Anas bin Malik r.a. melihat suatu keanehan. Bagaimana tidak, matahari terlihat begitu redup dan kurang bercahaya seperti biasanya.

Tak lama kemudian Rasulullah SAW dihampiri oleh Malaikat Jibril.

Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril : "Wahai Jibril, kenapa Matahari pagi ini terbit dalam keadaan redup? Padahal tidak mendung?"

"Ya Rasulullah, Matahari ini nampak redup karena terlalu banyak sayap para malaikat yang menghalanginya." jawab Malaikat Jibril.

Rasulullah SAW bertanya lagi : "Wahai Jibril, berapa jumlah Malaikat yang menghalangi matahari saat ini?"

"Ya Rasulullah, 70 ribu Malaikat." jawab Malaikat Jibril.

Rasulullah SAW bertanya lagi : "Apa gerangan yang menjadikan Malaikat menutupi Matahari?"

Kemudian Malaikat Jibril menjawab : "Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah SWT telah mengutus 70 ribu Malaikat agar membacakan shalawat kepada salah satu umatmu."

"Siapakah dia, wahai Jibril?" tanya Rasulullah SAW.

"Dialah Muawiyah...!!!" jawab Malaikat Jibril.

Rasulullah SAW bertanya lagi : "Apa yang telah dilakukan oleh Muawiyah sehingga saat ia meninggal mendapatkan kemuliaan yang sangat luar biasa ini?"

Malaikat Jibril menjawab : "Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Muawiyah itu semasa hidupnya banyak membaca Surat Al-Ikhlas di waktu malam, siang, pagi, waktu duduk, waktu berjalan, waktu berdiri, bahkan dalam setiap keadaan selalu membaca Surat Al-Ikhlas."

Malaikat Jibril melanjutkan penuturannya : "Dari itulah Allah SWT mengutus sebanyak 70 ribu malaikat untuk membacakan shalawat kepada umatmu yang bernama Muawiyah tersebut."

SubhanAllah..
Walhamdulillah..
Wala ilaha illallah..
Wallahu akbar.

Rasulullah SAW bersabda : ''Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?" Mereka menjawab, "Bagaimana mungkin kami bisa membaca sepertigai Al-Qur'an?" Lalu Nabi SAW bersabda, "Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an.'' (H.R. Muslim no. 1922)
Read more...

Selasa, 29 Oktober 2019

Seorang Hakim yang mengundurkan diri dari Jabatannya

2 komentar

Saya Mengundurkan Diri Dari Jabatanku

Suatu ketika seorang ulama yang Masyhur, yaitu al-Imam al-Qadhy Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani yang menjabat sebagai Qadhy (Hakim) di Lebanon Masa Itu dihadapkan pada suatu kasus pembunuhan.

Saat persidangan berlangsung, didatangkan pemuda yang menjadi tersangka pembunuhan.

Terjadi dialog antara Syekh Yusuf An-Nabhani selaku Qadhy dengan Pemuda tersebut.

Syekh Yusuf Pun Bertanya :
Apa betul kamu telah melakukan suatu pembunuhan

Sang pemuda menjawab :
Iya, betul...Saya telah membunuh seseorang wahai Syekh...

Lalu Syekh Yusuf bertanya lagi :
Kalau boleh Kau jelaskan apa motif dari pembunuhanmu wahai Anak Muda?

Dijawab oleh Sang pemuda :
Orang Itu...telah menghina Rasulullah SAW terang-terangan....Saya tidak sanggup lagi menahan amarahku terhadap orang-orang yang mencaci Rasulullah SAW dihadapanku... Lantas aku membunuhnya...

Syekh Yusuf diam sejenak...Lalu bertanya lagi :
Tangan yang mana Kau gunakan untuk membunuh orang itu... Kanan atau Kiri?

Dijawab olehnya:
Tangan kananku ini wahai Syekh...

Lalu Tiba-tiba Syekh Yusuf An-Nabhani turun dari singgasana Hakim menuju ke arah pemuda tadi. Meraih tangan kanannya lalu  menciumnya berkali-kali seraya berkata :

Tangan Ini kelak yang akan membawamu ke sorga....
Wahai hadirin sekalian...
Saksikanlah, mulai hari Ini saya mengundurkan diri dari jabatanku selaku Qadhy di sini, Karena saya tidak akan pernah sanggup menghukum seseorang yang telah membunuh yang disebabkan membela kehormatan Rasulullah SAW...!!

Masyaa Allah.....

Demikian cinta dan hormatnya Syekh Yusuf An-Nabhani Kepada Rasulullah SAW dan agamanya...

Berbeda dengan ulama-ulama yang sekarang, meski belajarnya sampai ke Australia atau Eropa, tapi sibuk membela orang kafir meski telah jelas-jelas melecehkan ayat suci al-Qur'an.
barakallahufykum

Read more...

Jumat, 18 Oktober 2019

Uang itu milikmu, tapi sumber daya alam milik kita bersama

0 komentar

Jerman adalah sebuah negara industri terkemuka. Di negara seperti ini, banyak yang mengira warganya hidup foya2.

Ketika saya tiba di Hamburg, saya bersama rekan2 masuk ke restoran. Kami lihat banyak meja kosong. Ada satu meja di mana sepasang anak muda sedang makan. Hanya ada 2 piring makanan & 2 kaleng minuman di meja mereka.

Saya bertanya dalam hati apa hidangan yang begitu simple dapat disebut romantis & apa si gadis akan meninggalkan si pemuda kikir tersebut?

Kemudian ada lagi beberapa wanita tua di meja lainnya. Ketika makanan dihidangkan, pelayan membagi makanan tersebut & mereka menghabiskan tiap butir makanan yang ada di piring mereka.

Karena kami lapar, rekan kami pesan lebih banyak makanan. Saat selesai, tersisa kira2 sepertiganya yang tidak dapat kami habiskan di meja. Begitu kami hendak meninggalkan restoran, wanita tua yang dari meja sebelah berbicara pada kami dalam bahasa Inggris, kami dan teman2 paham bahwa meraka tidak senang kami memubazirkan makanan.

Lalu temanku berkata kepada wanita tua itu, "Kami yang bayar kok, bukan urusan kalian berapa banyak makanan yang tersisa."

Wanita2 itu meradang. Salah satunya segera mengeluarkan HP & menelpon seseorang. Sebentar kemudian seorang lelaki berseragam Sekuritas Sosial pun tiba. Setelah mendengar tentang sumber masalah pertengkaran, ia menerbitkan surat denda Euro 50 (kira2 denda Rp. 750.000) pada kami.

Kami semua terdiam..

Petugas berseragam tersebut berkata dengan suara yang galak, “ *PESAN* *HANYA YANG SANGGUP* *ANDA* *MAKAN, UANG ITU* *MILIKMU TAPI* *SUMBER DAYA ALAM* *INI MILIK* *BERSAMA. ADA* *BANYAK ORANG LAIN DI* *DUNIA YANG* *KEKURANGAN.* *KALIAN TIDAK PUNYA* *ALASAN UNTUK* *MENYIA-NYIAKAN* *SUMBER DAYA ALAM* *TERSEBUT.”*

Pola pikir dari masyarakat di negara makmur tersebut membuat kami semua malu bener, KAMI SUNGGUH HARUS MERENUNGKAN HAL INI. Kita ini dari negara yang tidak makmur2 amat. Untuk gengsi, kita sering pesan banyak & sering berlebihan saat menjamu orang.

*PELAJARAN INI* *MENGAJARI KITA* *UNTUK SERIUS* *MENGUBAH* *KEBIASAAN BURUK* *KITA.*

“MONEY IS YOURS BUT RESOURCES BELONG TO THE SOCIETY.”

Jadi kawan2, mari mulai mengurangi pemubadziran, karena *"uang memang milikmu," tapi ... "sumber daya alam itu milik bersama."*

*#Ayo direnungkan...*
Di pesta pernikahan yang kita hadiri, sering sekali kita lihat sisa makanan dalam piring sudah waktunya kita membuat catatan di dalam undangan : *AMBILLAH* *MAKANAN YANG* *SANGGUP ANDA* *HABISKAN. JANGAN* *MUBAZIR*

Ayo kita mulai gerakan anti kemubaziran di kalangan keluarga: dan teman2 kita.
🎋Mubazir tanda tiada bersyukur nikmat🌴

Memeperingati Hari Pangan Sedunia

Read more...

Jumat, 16 Agustus 2019

Kambing adalah Unggas, dan hubungan erat antara Niat baik dan hasil yang baik

0 komentar

KAMBING ADALAH UNGGAS

"Tarli, you tahu filosofi Al Fatihah?" pertanyaan itu dilontarkan oleh Dr. Hidajat Nataatmadja (1932-2009) pada sebuah obrolan Jumat lagi, nun bertahun-tahun silam, di sebuah hotel di bilangan Jalan Slamet Riyadi, Solo.

Setiap Jumat pagi, dua kali sebulan, saya akan menemuinya di tempat itu untuk mendiskusikan sejumlah hal. Di usianya yang lebih dari tujuh dekade, lelaki kurus berkepala hampir plontos itu masih sanggup pulang pergi Bogor-Solo untuk mengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pagi itu, saya yang ditanya hanya bisa mengangkat alis.

"Al Fatihah menjadi ummul kitab karena tujuh ayat itu mengajarkan konstruksi nilai yang sangat dasar, yaitu bahwa tujuan yang baik itu (ibadah) haruslah dikerjakan dengan cara yang baik (shirathal mustaqim) dan dimulai oleh niat yang baik pula (Bismillah)," ujarnya, sembari menghisap rokok kegemarannya, Dji Sam Soe.

"Itu konstruksi nilai yang tidak bisa ditawar. Bukan hanya dalam agama, tapi juga dalam ilmu pengetahuan. Tidak bisa niatnya saja yang baik, namun jalannya tidak baik. Begitu juga halnya dengan hasil baik, belum tentu bernilai ibadah, karena bisa jadi hasil baik itu sesungguhnya bermula dari niat yang tidak baik. Jadi, konstruksi dan konsistensi nilai tadi sangat penting," jelasnya.

Saya mengangguk-angguk.

"Jika konstruksi nilainya tidak konsisten, mustahil kita akan sampai pada 'kebenaran'. Yang akan kita temui paling hanyalah 'kebetulan-kebetulan' belaka."

Lalu Hidajat bercerita tentang "Doktrin Instrumentalisme Friedman". Friedman yang dimaksud adalah Milton Friedman.

"Bagi Friedman, ilmuwan dianggap tidak perlu untuk menguji konsistensi logika dari suatu perangkat aksiomatika, atau asumsi dari sebuah teori, melainkan cukup menguji implikasi empiris yang diturunkan dari perangkat aksiomatik ataupun teori tersebut. Jadi, menurut Friedman, asumsi boleh saja palsu, asalkan teorinya bisa menghasilkan prediksi yang akurat. Bagi saya, itu seperti ilmu sulap, di mana orang tidak perlu menerangkan atau bertanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi, cukup diterima saja apa yang nampak. Bagaimana tukang sulap bisa mengubah batu menjadi merpati tidak penting untuk ditanyakan. Dan batu itu bisa bernama 'homo economicus', bisa juga bernama 'pasar persaingan sempurna'," ujar Hidayat, sembari terkekeh prihatin.

Pandangan Friedman yang sedang dikritik Hidajat adalah pandangan sebagaimana yang ditulis ekonom Chicago itu dalam bukunya, "Essay in Positive Economics" (1953), sebuah buku klasik yang juga terpajang di kamar saya sejak awal-awal kuliah dulu.

Saya teringat kembali pada percakapan dengan Pak Hidajat itu gara-gara membaca komentar-komentar yang berseliweran di timeline sejak kemarin. "Mau menteri atau bahkan presiden berkewarganegaraan apapun, saya tidak masalah, asal tidak korupsi dan sanggup menyejahterakan masyarakat". Demikian salah satunya. Lontaran itu mirip dengan pernyataan ini: "apapun ideologinya tidak penting, yang penting bisa menyejahterakan masyarakat".

Jika pernyataan-pernyataan itu dilontarkan orang awam, kita barangkali akan maklum. Tapi karena pernyataan-pernyataan itu dilontarkan oleh orang-orang yang sebenarnya sangat terdidik, tak urung dahi saya jadi berkerut.

Bagi saya, lontaran-lontaran itu tak ada bedanya dengan pernyataan, "Mau ayam atau babi, yang penting halal"; atau "Mau ayam atau kambing, yang penting unggas". Banyak orang tidak menyadari jika setiap tujuan selalu memiliki andaian mengenai cara pemenuhannya, dan setiap kategori nilai selalu memiliki batasan dan syarat. "Halal", sebagaimana halnya "unggas", adalah sebuah kategori yang memiliki batasan dan syarat, di mana baik babi maupun kambing tidak memenuhi batasan dan syarat yang telah ditetapkan itu.

Hal yang sama juga berlaku bagi "menyejahterakan masyarakat". Untuk menyejahterakan masyarakat agraris tentu saja berbeda caranya dengan menyejahterakan masyarakat nelayan; menyejahterakan masyarakat daratan berbeda caranya dengan menyejahterakan masyarakat kepulauan; menyejahterakan negara bekas koloni pasti berbeda cara dengan menyejahterakan negara bekas imperialis; demikian seterusnya.

Persis di situ, untuk menyejahterakan masyarakat kita terikat pada hal-hal spesifik di mana tak semua kerangka generik akan bisa diterima. Singkatnya, "menyejahterakan masyarakat" merupakan sebuah kategori nilai yang pasti memiliki batasan dan syarat, di mana tak semua jalan boleh dan bisa ditempuh untuk mewujudkan nilai tersebut. Jika batas dan syarat itu dilanggar, maka kita akan ketemu kekacuan penalaran. Bagaimana bisa seekor kambing, misalnya, dianggap sama sebagai unggas?!

Negara, hukum, kewarganegaraan, ideologi, imigrasi, di atas kertas memang hanyalah soal administrasi. Tapi administrasi adalah cara manusia mematerialkan batas-batas dan syarat-syarat untuk melindungi nilai-nilai yang hidup bersamanya. Jika kebangsaan dianggap sebagai imajinasi, maka pernyataan bahwa "kita adalah anak kandung kebudayaan dunia", yang menganggap bahwa identitas kebangsaan adalah sejenis omong kosong, sesungguhnya juga tidak kalah imajiner dan omong kosongnya.

Kita memang lahir ke dunia ini dalam keadaan telanjang. Tapi dengan apa tubuh telanjang kita pertama kali akan ditutupi, dengan batik, ulos, lurik, songket, atau sasirangan, sangat tergantung pada tempat di mana kita lahir.

Sayangnya, doktrin instrumentalisme Friedman kini sepertinya kian menyegala, tak hanya hidup dalam tembok ilmu ekonomi. Banyak orang kini tak lagi melakukan problematisasi atas keyakinannya. Konsistensi dan koherensi antara niat, cara dan tujuan tidak lagi penting untuk diperhatikan.

Ketika orang berpikir bahwa setiap tujuan bisa menghalalkan semua cara, persis di situ saya akan teringat kembali pada obrolan dengan Dr. Hidajat mengenai filosofi ummul kitab tadi.

Sumber: FB Tarli Nugroho

Read more...

Rabu, 07 Agustus 2019

9 Fakta Pondok Modern Darusssalam Gontor yang patut ditiru lembaga pendidikan se - Indonesia

0 komentar

*9 Fakta Pondok Modern Gontor Yang Harus Ditiru Lembaga Pendidikan se-Indonesia*

(Role Model Pesantren dan Sekolah Masa Depan)

Mungkin belum banyak orang yang tahu tentang pondok modern Gontor ini. Letaknya jauh dari keramaian kota dan asing dari publikasi media menambah keasingan orang dalam mengenal pesantren yang telah berdiri sejak 93 tahun silam.

Namun, bagi para pendidik, kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Hal itu tidak lepas dari nilai dan sistemnya yang tergambar dalam 9 hal berikut:

*1. Wakaf*

Pendirinya mewakafkan seluruh harta warisan orang tua untuk pondok. Dengan itu, bukannya ponpes kian surut dan pendiri menjadi melarat.

Pesantren justru tambah berkembang pesat, meluas, serta mandiri dalam segala hal.

Sementara itu, para kyai pendiri, meskipun tidak digaji oleh pondok, dapat hidup dan menghidupi keluarganya dengan cara hidup sederhana.

Dengan statusnya sebagai wakaf, siapapun termasuk anak keturunan dari kiyai tidak bisa mengambil alih, mengklaim, menjual pondok. Gontor tidak bisa diakuisisi dan dipolitisasi kepentingan ormas dan partai tertentu.

Para ilmuwan yang pernah meneliti wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor mengatakan bahwa Gontor memiliki sistem pengembangan wakaf produktif, yang dengan sistem tersebut wakaf berkembang, bukan malah berkurang

*2. Visioner*

Pendiri mencanangkan Panca Jangka; Pendidikan dan Pengajaran, Kaderisasi, Khizanatullah, Pergedungan, dan Kesejahteraan Keluarga sebagai pedoman yang memudahkan kyai atau Pimpinan Pondok dan generasi penerus mengemban amanah, mengendalikan haluan.

Siapapun yang akan memimpin harus berpedoman pada Panca Jangka tersebut agar tidak lepas dari jalur yang semestinya.

Panca Jangka ini acuan para pengelola ponpes tentang apa saja yang harus dilakukan untuk masa depan.

Semua yang dikerjakan harus berpendidikan dan untuk pendidikan. Pengajaran harus selalu berjalan, karena pengajaran adalah nafas lembaga pendidikan. Selalu harus ada kader penerus pendidikan di Gontor, mesti ada ahli di bidang tertentu untuk setiap generasi, ajal silih berganti datang. Pesantren harus mandiri, tidak boleh bergantung dan terikat pada siapapun dalam urusan finansial. Jiwa berkembang, fisik juga harus berkembang.

"Kereta boleh berganti, tapi relnya tidak boleh bergeser."

*~K.H. Hasan A Sahal*

*3. Orientasi Pendidikan*

Secara konsisten, ponpes mengadakan Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy (P3KA) setiap awal tahun pelajaran.

Saat itu kyainya mengajarkan dan berbicara dengan lantang, konsekuen, dan konsisten tentang jiwa-jiwa pesantren (Keikhlasan, Kesederhanaan, ukhuwwah Islamiyah, kemandirian, dan Kebebasan) sebagai filsafat hidup, pandangan hidup, dan jalan hidup kepada para santrinya.

Bukan hanya itu. Beliau juga siap menjadi contoh nyata yang dapat dilihat dan ditiru oleh para santrinya.

Sangat disadari oleh Pimpinan pondok bahwa pesantren dalam pandangan Gontor adalah lembaga pendidikan yang meletakkan kyai sebagai sentral figur dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwai. Pekan Perkenalan ditujukan untuk “tajdidu an-niyat” alis penyucian niat bahwa kehadiran santri di ponpes untuk mendalami ilmu dan para ustadz mengajar bukan mencari penghidupan.

Mengenai P3KA, silakan baca artikel “OSPEK Pondok Modern Darussalam Gontor“.

*4. Mandiri*

Pondok tidak memasang advertensi atau iklan dalam penerimaan siswa baru, tetapi yang mendaftar tetap banyak. Umumnya sekolah, untuk menjaring siswa baru, akan memasang iklan dengan informasi tentang sekolah sebegitu rupa agar calon siswa mau mendaftar.

Mandiri di sini, Gontor tidak bergantung pada SPP santri untuk tetap hidup mendidik generasi. Dengan begini, setiap santri dan wali santri yang mendaftar merasa mereka tidak diundang, bahkan mereka yang berharap dapat diterima oleh Gontor.

*5. Tegas Berdisiplin*

Pondok menerapkan disiplin ketat, tanpa mengkaitkan dengan atau mempertimbangkan ketidakkerasanan santri. Artinya, dengan disiplin ketat, ponpes atau kyai tidak khawatir santrinya akan berkurang, kabur, atau tidak kerasan karena takut disiplin.

Logikanya, jika santri berkurang, pemasukan pondok juga akan berkurang, dst. Bagi Gontor, disiplin adalah mutlak.

Dengan disiplin, pembentukan atau pendidikan karakter akan berjalan dengan baik. Dengan tegas pula, Gontor justru mengatakan, “Kalau siap menerima disiplin, ya, silakan masuk Gontor, kalau tidak siap, silakan pulang saja!”.

"Tidak akan ada kemajuan tanpa kedisiplinan dan tidak ada kedisipilinan tanpa keteladanan."

*Kyai H Hasan A Sahal*

*6. Kemapanan*

Sistem Gontor kokoh dan tetap konsisten dengan sistem Kulliyyatu-l-Mu‘allimin al-Islamiyyah (KMI) 6 tahun sejak berdirinya, bukan dengan sistem SMP-SMA atau Tsanawiyah-Aliyah.

Dengan sistem tersebut, penilaian atau evaluasi terhadap siswa dapat dilakukan secara mandiri oleh pesantren, bebas intervensi pemerintah atau lembaga lain.

Ditambah dengan sistem asrama penuh, penanaman jiwa pondok dan pendidikan karakter benar-benar lekat dan dapat menjadi pegangan hidup, sistem pendidikan di kelas dan di luar kelas (asrama) berlangsung integral; guru di kelas adalah juga guru pembimbing di asrama.

*7. Berdikari*

Ajaran jiwa kemandiriannya membuat Gontor membalikkan (baca: meluruskan) paradigma, bahwa sebuah lembaga itu “disumbang karena maju, bukan maju karena disumbang”.

Kemandiriannya dalam hal pendanaan dan sistem pendidikan membuat Gontor bebas dan konsisten tidak tergantung kepada lembaga manapun.

Kemandirian ini sangat penting bagi pondok pesantren. Kiyai Abdullah Syukri Zarkasyi pernah berkata:

“Kalian ini mau nuruti kata hati atau nuruti kata orang?

Kalau nuruti kata hati, jangan pedulikan kata orang. Sebab orang itu kita bergerak kemanapun pasti dikomentari. Saya dulu buka UKK (koperasi Guru) dan KUK (Toko besi pesantren) dan Toko Buku saja habis-habisan dikomentari, dibilang Kyai Bisnis, Kyai Mata duitan, Kyai Matre, tapi saya jalan terus.

Sekarang semua baru terbuka, pada ramai-ramai ikut-ikutan buka usaha. Saya tahu bahwa Pesantren ini butuh biaya, utamanya untuk kesejahteraan Guru. Tapi bagaimana biar ini tidak membebani santri, kesejahteraan Guru tidak boleh diambilkan dari dana santri.

Kenapa?

*Biar para santri tidak berkata “Kamu kan sudah saya bayar….!!”*

Ini yang ingin saya hindari, maka saya buat Unit-Unit Usaha yang saat ini mencapai 23 buah. Itu semua untuk kesejahteraan guru…

Maka jangan dengarkan kata orang jika ingin maju.

Bagus atau jelek, jalani saja. Kalau jelek ya dievaluasi ditengah jalan. Sebab dengerin kata orang itu ndak ada habisnya. Bahkan kita tidak bergerak sekalipun, itu tetap akan dikomentari, ‘ini orang masih hidup atau sudah mati, kok cuma diam saja gerakannya’.

Maka itu, ikuti kata hatimu. Kata Rasulullah “Istafti Qalbak”, Gontor sudah kenyang dicaci maki, Gontor juga sudah kenyang dipuji-puji…..!”

*8. Anomali Ujian*

Paradigma lain yang dipegang oleh Gontor hingga saat ini adalah “Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.” Juga, “Ilmu itu akan didapat sebelum ujian, ketika ujian, dan setelah ujian.” Sehingga “tidak naik kelas” adalah hal biasa, namun tetap menjadi hal yang tidak diharapkan.

Yang terpenting di Gontor bukanlah naik kelas, tetapi seberapa banyak ilmu yang sudah didapat/diamalkan santri. Tidak naik bukan masalah, yang penting ilmunya bertambah. Itu yang harus disyukuri. Pada beberapa siswa, untuk naik kelas, memang dibutuhkan perjuangan ekstra, ada yang sampai 8, 9 bahkan 12 tahun mengenyam pendidikan di Gontor.

Ini juga salah satu alasan kenapa pondok modern Gontor tidak ikut  serta dalam ujian nasional pemerintah.

*9. Guru Tidak Digaji*

Gontor tidak menggaji guru-gurunya, tetapi memberikan kesejahteraan, dengan standar sekadar untuk bekal beribadah atau bekal mengabdi di ponpes. Pesannya, *“Asalkan mau hidup sederhana, insya Allah tidak akan kelaparan.”* Alhamdulillah, kenyataannya, guru-guru Gontor tidak ada yang melarat.

*Kesejahteraan guru itu tidak diambilkan dari SPP, melainkan dari hasil usaha pondok; percetakan buku, pabrik roti, toko material, pertanian dan perkebunan yang dikelola para ustadz sendiri.*

Hal ini membuat guru bisa tampil berwibawa di hadapan para santrinya di depan kelas; mengajar dengan tidak membedakan siapa yang sudah membayar SPP dan siapa yang belum atau malah tidak membayar SPP sama sekali.

Santri dan walinya juga tidak bisa mengatakan, *“Kamu sudah saya gaji”.*

Karena gaji ustadz tidak diambil dari iuran santri, Pondok Modern Gontor dapat menekan biaya SPP ke tingkat serendah mungkin. Ada kalanya Gontor menurunkan uang bayaran pelajar.

*Melihat hal ini, para santri memang benar-benar berhutang jasa pada para guru. Maka, wajar saja jika ada murid yang dikeluarkan karena melawan ustadz.*

Sementara ini saja sedikit dari banyak hal yang tidak mudah dipahami dari Pesantren Gontor. Terlepas dari kekurangan yang ada pada lembaga ini. Semoga pondok ini istiqomah dan lebih baik lagi.

👍👍👍

-Akhukum-

Read more...

Jumat, 19 Juli 2019

Nasehat kyai Hasan Abdullah Sahal

0 komentar

*PESAN DAN NASEHAT PIMPINAN PM DARUSSALAN GONTOR K. H HASAN ABDULLAH SAHAL DALAM ACARA WISUDAWAN/TI ANGKATAN KE 33 DI AULA BPPM*

Kamis, 18 Juli 2019

[ 1 ]Jangan terkecoh dengan ilmu, jangan terkecoh dengan puja-puji dari kanan kiri.
لا تكن مغرورا بعلمك

[ 2 ]Pondok pesantren adalah suatu sumber kebenaran, kebenaran yang abadi.

[ 3 ]Manusia saat ini adalah tanggungjawab kita sebagai kholifah

[ 4 ]Sekarang perebutan antar peradaban. Antara barat dan timur, antara islam seperti zionisme.

[ 5 ]Kita belajar di pesantren sesuatu yang abadi. Islam itu abadi, ilmu dan pengetahuan itu abadi maka jangan sampai keabadian ini diobrak-abrik oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

[ 6 ]Nilai-nilai kehidupan yang abadi ada 5 : Islam, Alqur'an, Syari'at, Bahasa Arab, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

[ 7 ]Ilmu tidak akan diambil, tapi ulama'lah yang akan diambil.

[ 8 ]Banyak sekarang ma'mum meninggalkan imam, karena ketidak mampuannya.

[ 9 ]Islam sampai kiamat tidak akan pernah hilang. Alquran tidak akan pernah berubah. Syariat tidak akan hilang. Bahasa Arab akan terus hidup dan IPTEK akan terus berkambang dan tidak akan pernah habis sampai hari kiamat. Itulah Pondok Modern Darussalam Gontor, Pondok tapi modern. Modern tapi Pondok bukan seperti sekarang Binatang tapi Modern, Modern Tapi Binatang.

[ 10 ]
إن الله لا ينزع العلم انتزاعا....

Ilmu tidak akan dibuang dari bumi ini, tapi ulama'nya yang diambil.

[ 11 ]Nanti akan ada Guru yang tinggalkan Murid, Murid ditinggalkan Guru. Pemimpin tinggalkan rakyat, rakyat tinggalkan pemimpin. Imam tinggalkan ma'mum. Ma'mun ditinggalkan imam.

[ 12 ]Orang-orang kafir sama dari dulu sampai sekarang
سواء عليهم أأنذرتهم...
Sekarang orang kafir tidak miskin, ada yang kaya raya punya teknologi.

[ 13 ]Tidak ada kenikmatan, tidak ada kebahagian kecuali tanpa doa kepada Sang Ilahi. Yang terjadi sekarang kebahagiaan ila sabili partai, ila sabili perut.. padahal dalam alquran yaa ayyautuhan nafaul muthmainnah ..
يا أيها النفس المطمئنة إرجعي إلى ربك...../ ادعوا إلى سبيل ربك...... /فربك فكبر....
Tapi sekarang fapartaika fakabir.. fajaibika fakabir... nafsuka fakbbir.. hartaka fakabir inilah yang terjadi saat ini.

[ 14 ]Terjadi sekarang ini, pintu neraka dibuka banyak-banyak seluas-luasnya selain itu juga pintu syurga dibuka banyak-banyak dan seluas-luasnya, maka pilihlah
فمن شاء فليؤمن فمن شاء فليكفر

[ 15 ]Insya allah.. Fakultas kedokteran berdiri sebelum 1 abad. Entah ditolong atau tidak ditolong. kita minta kepada Allah Swt. Kalau bukan kita siapa lagi. Kalau bukan sekarang kapan lagi.

[ 16 ]Harapan pimpinan pondok kepada cucu-cucu trimurti agar menjaga nilai-nilai pondok dan mengembangkannya, harus lebih maju dan meningkat.

[ 17 ]Kita harus mencetak miliu, jangan jadi budak miliu.

[ 18] Kita harus berani menyatakan kebenaran,  bukan membenarkan pernyataan.

[ 19 ]Kalian (para wisudawan/ti) itu mahal. Walaupun kalian makan hanya SKS (Sambel Krupuk Sayur).

[ 20 ]Kalian masih muda, jangan berhenti sampai sini. Jangan merasa cukup
شبابك قبل حرمك
[ 21 ]Kita menghadapi KOMUNIS, kita menghadapi PKI, menghadapi KAFIR.

[ 22 ]Lucu... ada orang yang tidak mau dikatakan kafir. Padahal kita tidak pernah mengkafirkan orang tapi kalau ada orang yang tidak mempercayai ALLAH SWT namanya KAFIR. Kalau orang tidak bisa berbicara namanya BISU. orang yang tidak bisa mendengar namanya TULI. Orang yang tidak bisa melihat namanya BUTA.

[ 23 ]Kalau ada yang meninggal ketika menuntut ilmu, itu namanya mati syahid.

[ 24 ]Jangan pernah putus asa karena kita masih bisa maju kedepan
لا تخذرن من المعروف شيئا

[ 25 ]Hati-hati.. musuh-musuh sedang mengendap-ngendap, mengintip-intip ingin memusnahkan islam dan pesantren.

[ 26 ]Islam tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini, tapi Islam bisa hilang di Indonesia.

[ 27 ]Islam tidak butuh pembelaan, Islam tidak butuh pembenaran dan dukungan. Islam tidak butuh mayoritas. Islam akan tetap berjaya. Cuman masalahnya kamu dan kita bertanggungjawab.

[ 28 ]Adakah ayam bertarung dengan ayam, adakah kambing membunuh kambing, adakah kucing membunuh kucing? Tapi kenapa manusia membunuh manusia?

[ 29 ]Kebenaran ini tidak butuh pembenaran, tidak butuh pengakuan, tidak butuh dukungan, tidaku butuh Pembelaan. Kita harus berani bilang 2 × 2 = 4. Tapi sekarang 2 x 2 = 5 bahkan ada yang 2 × 2 = 4 plus komisi.

[ 30 ]Renungkanlah, apa yang harus kita perbuat, apakah yang harus kita berikan?. Dunia ini saling memberi. Unida pondok telah mengajarimu bukan take take take, tapi give, give, give.

Read more...

Selasa, 19 Maret 2019

Keistimewaan Solat Sunnah di rumah dibandingkan di Masjid

0 komentar

*🌾🏡 JIKA SANGGUP; MENGERJAKAN SHALAT SUNNAH DI RUMAH ITU LEBIH BESAR PAHALANYA 🌾🏡*

Mengapa jika sanggup? Karena bila mengakibatkan malas dan justru malah jadi tidak shalat sunnah sama sekali dikarenakan banyak penghalang jika pulang ke rumah; maka tentu saja dikerjakan di masjid jadi lebih baik baginya.

Sedang jika sanggup, jelas saja di rumah itu yang terbaik. Simak tiga hadits berikut ini.

1⃣ Dari Shuhaib bin Sinan radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda :

صلاةُ الرجلِ تطوعا حيثُ لا يراهُ الناسُ تعدلُ صلاتَه على أعيُن الناسِ خمسا وعشرين

_"Shalat sunnah yang dikerjakan seseorang di tempat yang tidak dilihat oleh manusia; itu sebanding dengan dua puluh lima kali shalat sunnahnya di tengah orang-orang."_ -SHAHIH- (Shahih Al Jami', 3821) HR. Ad-Dailami (II/244)

2⃣ Dan tersebut satu hadits lain semakna dengan ini, kata Nabi Muhammad ﷺ:

تطوُّعُ الرجل في بيتِهِ يزيدُ على تطوُّعِه عندَ الناس، كفضْلِ صلاة الرجل في جماعةٍ على صلاتهِ وحدَه

_"Shalat sunnah seseorang di rumahnya lebih utama daripada shalat sunnah yang dikerjakannya di tengah manusia. Seperti keutamaan shalat berjama'ah di atas shalat sendirian."_ -SHAHIH- (Ash-Shahihah, 3149) HR. Ibnu Abi Syaibah (II/256)

3⃣ Lantaran banyak manfaat¹ bila shalat sunnah itu dikerjakan di rumah, Rasulullah ﷺ memesankan hal ini kepada umatnya:

لا تتركوا النوافل فيها

_"Jangan tinggalkan pengerjaan shalat sunnah di rumah-rumah."_  -HASAN LI GHAIRIH- (Ash-Shahihah, 1910) HR. Ad-Dailami (II/141)

¹ Seperti: lebih mudah untuk ikhlas, menghidupkan rumah dengan ibadah, dan memberi contoh baik pada istri dan anak-anak.

Bila kita muslim, semoga bisa diamalkan. Sedang jika muslimah, harapannya bisa memotivasi suami atau saudara laki-lakinya untuk mengisi rumah dengan shalat sunnah.

Read more...

Kamis, 28 Februari 2019

Muslimah hebat dari Abad pertengahan

0 komentar

*Beberapa Muslimah Hebat dari Abad Pertengahan*

*Mariyam “Al-Astrolabiya” al-Ijliya*

Maryam hidup sekitar Abad 10 masehi. Sayangnya, tidak banyak yang diketahui tentang identitasnya. Bahkan nama Mariyam pun adalah nama yang disandangkan padanya oleh the Syrian Archaeological Society. Dan “Al-Astrolabiya” tidak lain adalah julukan yang diberikan oleh para ilmuan Eropa kepadanya atas jasanya dalam bidang astronomi.[1] Orang-orang lebih banyak mengenalnya melalui karyanya yang luar biasa, yaitu Astrolabe.

Astrolabe yang berarti (star finder) atau alat pemburu bintang, adalah GPS pertama di dunia. Inilah alat pertama yang digunakan untuk menentukan lokasi, waktu (tahun, bulan dan tanggal), dan peredaran matahari. Menurut Harold Williams seorang ahli di bidang astrofisika (Astrophysicist), Astrolabe adalah alat penghitung astronomi yang paling penting sebelum komputer digital ditemukan, dan instrumen observasi astronomi yang paling penting sebelum teleskop ditemukan.[2]


Meski teknologi pembuatan Astrolabe ini sudah ditemukan sejak zaman Yunani kuno dan juga sempat dikembangkan oleh banyak ilmuan Muslim. Tapi Mariyam membuat desain dan teknik pembuatannya lebih rumit, inovatif dan lebih presisi.[3] Menurut Prof. Saleem Al-Husaini, yang dikutip dari Arab Times, “Mariyam adalah Muslimah pertama pembuat cikal alat transportasi dan komunikasi untuk dunia modern. Pekerjaan yang dilakukannya rumit dan berkaitan dengan persamaan matematis tapi ia mampu membuktikan kemampuannya dalam bidang ini”.[4]

Meski tidak banyak yang diketahui tentangnya, namun sosoknya begitu menginspirasi para ilmuan modern, khusus di kalangan ahli astronomi. Pada tahun 1990, seorang astronom bernama Hendry E. Holt menemukan sabuk utama asteroid 7060 di pusat observasi Palomar. Ia menamakan temuannya ini dengan ’Al-‘Ijliya’, untuk menghormati wanita hebat dari abad ke 10 Masehi ini.[5]

*Sutayta al-Mahamali*

Sutayta al-Mahamali adalah seorang ahli matematika. Kepakarannya di bidang ini bahkan di puji oleh banyak ulama pada zamannya seperti seperti Ibnu al-Jauzi, Ibnu al-Khatib Baghdadi, dan Ibnu Katsir. Ia hidup pada sekitar paruh kedua abad 10 masehi.

Sutayta berasal dari keluarga berpendidikan di Baghdad. Ayahnya adalah seorang hakim bernama Abu Abdallah al-Hussein. Ia adalah penulis beberapa kitab termasuk Kitab fi al-fiqh, Salat al-‘idayn. Pamannya adalah seorang sarjana Hadis, dan putranya adalah juga hakim bernama Abu Hussein Mohammed bin Ahmed bin Ismail al-Mahamli yang terkenal karena keputusan-keputusannya yang bijak.[6]


Kemahiran Sutayta dalam bidang matematika tak bisa dilepaskan dari peranan sang ayah, Abu Abdallah al-Hussein. Selain dibimbing ayahnya, Sutayta juga menimba ilmu matematika dari beberapa ahli matematika pada masa itu, di antaranya Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul Aziz al-Hashimi, Ismail bin al-Abbas al-Warraq, dan Abdul Alghafir bin Salamah al-Homsi.[7]

Sebenarnya, Sutayta al-Mahamali adalah sosok yang multi talenta. Ia dikenal berpengetahuan luas dalam banyak hal, memiliki kemahiran dalam bidang hadist dan syariah. Tapi dari semua itu, ia lebih dikenal sebagai pakar matematika, khususnya aritmatika. Aritmatika merupakan cabang ilmu matematika yang mengkaji bilangan bulat positif melalui penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.


Pada masa itu, aritmatika menjadi cabang matematika yang berkembang cukup baik. Dan Sutayta salah satu ilmuwan yang berhasil memecahkan solusi sistem persamaan dalam matematika. Catatannya tentang sistem persamaan pun banyak dikutip oleh para matematikawan lainnya. Sutaita tutup usia pada tahun 987 M.

*Zaynab Shāhdā*

Disamping bidang keilmuan, para Muslimah hebat ini juga tak kalah prestasinya di bidang seni. Salah satu seni yang paling prestisius dalam dunia Islam adalah seni kaligrafi. Untuk mendapatkan gelar kaligrafer (Khattat), seseorang harus melewati jenjang pendidikan yang ketat, serta proses-proses belajar dan pelatihan yang panjang disertai disiplin yang tinggi. Bagaimana tidak, karena tujuan akhir dari seorang khattat adalah kemampuan untuk menulis ayat suci yang benar, dan tidak hanya sekedar benar, tetapi juga harus indah. Dengan demikian, seorang khattat, selain harus memahami Al-Quran dia juga memiliki kualifikasi tertentu.[8] Baru setelah berhasil melewati fase pendidikan yang berat ini, mereka layak mendapat ijazah kelulusan, yang sekaligus sebagai sertifikat keahliannya dalam bidang ini dan bisa di sebut Khattat. [9]

Salah satu kaligrafer yang paling menonjol di abad pertengahan adalah Zaynab Shāhdā binti Ahmad bin Al-Faraj bin Umar Al-Abrī. Selain seorang kaligrafer, Zaynab juga dikenal sebagai sosok yang berpengetahuan luas dan menguasai cukup banyak bidang ilmu, seperti hadist, syariah, dan sains. Dalam bidang kaligrafi, kompetensinya tidak tanggung-tanggung. Ibn Khallikān, yang dikenal sebagai sejarawan penting era ini, menulis bahwa Zaynab telah menerima pelajaran dan ijazahnya dari para ilmuwan penting di abad ke-5 Hijriah seperti Abu al-Hattāb Nasr bin Ahmad al-Butruvānī dan Abū ‘Abdullāh Hussain bin Ahmad bin Talha an-Niālī. Bahkan sumber lain juga menyebutkan bahwa Muhammad bin ‘Abdul Mālīk, dari sekolah Mesir, adalah gurunya.[10] Disamping kaligrafi, ia menghabiskan waktunya untuk belajar sains dan sastra. Zaynab Shāhdā meninggal di Baghdad, saat berusia hampir 100 tahun, pada hari Minggu siang, 13 Muharram, 574 H/1178 M. Ia meninggalkan beberapa karya di Baghdad dan sejumlah madrasah.


Selain Zaynab Shāhdā, masih cukup banyak Muslimah yang menggeluti dunia kaligrafi dan sastra dari abad pertengahan. Hilal Kazan menulis nama-nama mereka dalam bukunya “Female Calligraphers: Past & Present”. Beberapa diantaranya:

Duhtar-i ibn Mukla Shirāzī, yang hidup pada abad ke-10 masehi. Ia juga salah seorang guru kaligrafi yang cukup terkenal pada masanya. Seni kaligrafisnya memiliki sentuhan khas yang diwariskan secara turun temurun. Saat ini salah satu karyanya yang tersisa masih bisa dilihat di Mir ‘Imād Calligraphy Museum di Tehran, Iran.
Muznā, yang hidup pada abad  ke 10 masehi. Ia adalah salah satu juru tulis Khalifah al-Amir an-Nāsīr lī-Dīnillāh dan juga Abdurrahmān III (350/961). Namun sayang, tak satu pun dari karya-karyanya masih bertahan hingga hari ini. Ia meninggal pada 358/969.
Fātima, yang juga merupakan selir Khalifah Abdurrahman III. Ia hidup pada abad ke 10 masehi di Andalusia. Ia adalah salah satu kaligrafer yang mendapatkan kesempatan langka diperbolehkan menulis banyak buku dengan gaya tulisannya yang unik bagi Khalifah dan putranya Mālik Hakem II. Disamping itu, ia juga banyak menyalin banyak buku, baik buku sains ataupun seni.
Masih banyak lagi Muslimah-Muslimah hebat pada bidang ini yang ternyata sangat besar jasanya bagi pembangunan peradaban kita sekarang. Beberapa nama lain diantara mereka adalah; Safiyyā binti Abdurrabī’ (417/1026); Fātima binti Zakarīyā bin ‘Abdullāh as-Shebbarp (427/1036); terakhir adalah Fātima, putri Zakarīyā bin ‘Abdullāh, yang telah berhasil meng-copie banyak buku-buku penting dalam tulisan tangan yang indah, sehingga ringan dibaca oleh banyak ilmuan pada masanya. (AL)

Bersambung…

Read more...

Rabu, 02 Januari 2019

Pesan & Nasehat KH. Hasan Abdullah Sahal

0 komentar

Pesan & Nasehat KH. Hasan Abdullah Sahal

1. Lagu hymne ditutup dg kata IBUKU....
Pondok adalah ibu, dan ibu tdk akan melepaskan anaknya, meskipun anaknya sdh jd presiden, ibu akan tetap menasehati anaknya. Dan anak jg akan selalu minta nasehat ibunya.
Sementara bapakmu adalah gurumu, walikelas, aktivitas, organisasimu dll.
Apa yg dikerjakan bpk dan ibu ada di pondok.

2. Dr kandungan yg sama akan lahir anak2 yg berbeda.

Gontor dituduh bkn aswaja, wahabi, dll.

Gontor itu aswaja, aswaja yg cerdas!

3. Dg sering kumpul, akan muncul ide gagasan. Di jawa ada kata 'cangkir' pd saat berkumpul. Cangkir = nyencang pikir. Sering bertemu akan bnyak nyencang fikir.

4. Jangan mudah silau, 'Laisa kullu ma yalmau dzahaban.' Blm tentu rumput tetangga lbh hijau. Kita sdh diajarkan pondok (bpk ibumu) ttg hal itu.

5. Dtg ke pondok tdk hanya utk ngecash, tp utk membaca raport kita. Ttg keikhlasan kita, kesederhanaan dll.
Apakah kita sdh menerapkan keikhlasan yg tlh diajarkan gontor dlm kehidupan nyata? Bgmn dg sederhanaan kita? Baca!

Juga membaca raport pondok. Adakah nilai2 gontor yg berubah. (Gontor insyaAllah akan ttp istiqamah dlm menjaga nilai2).

6. Gontor tdk takjub dg berbagai profesi alumninya, tp akan takjub dg keistiqomahan menjalani profesi tsb berdasarkan pd nilai2 yg tlh diajarkan pondok. (Komitmen thd nilai2.)

Inna fi kholqi samawati wal ardl...
Itu cerminmu, apakah kalian sdh yadzkurullaha qiyaman wa quudan wa'ala junubikum atau blm?

Bercerminlah dr berbagai arah.

Nilai2 utk bercermin.

7. Gontor tlh memberikan kunci.
Bhs arab kita kalah dg lipia, inggris kalah dg sekolah umum.
Tp anak gontor bisa menggunakan kunci tsb dg baik (yahanu).

8. Dunia semakin luas, sementara buminya tdk semakin luas. Jika kita tdk mengembangkan kunci2 tsb kita akan semakin tersingkir.
Punya kunci tp tdk dipakai.
9. Jaman skrg bnyk org yg keblinger. Org2 melakukan istighosah ktk gang doly mau ditutup. La haula wala quwata illa billah.

10. Gontor bukan lembaga pergerakan, tp lembaga pendidikan.

Gontor mendidik anak2 yg akan mendidik presiden, menteri, jendral. Dll.

11. Gontor mendididik santri dg cara: muamalah (sosial/kehidupan bermasyarakt), muasyaroh (kekeluargaan) mukholatoh (pembauran).

Gontor menghadapi yatim lbh dr 4000 (krn tdk ada ortunya).
Maka Santri2 dikerumuni, dikeloni slm 24 jam.

12. Bnyk yg ingin meniru spt gontor, tp yg dilihat hanya kulitnya sj, tdk nilai2 dan jiwa yg ada di dlmnya. (Yg ditiru hny bhs arab inggrisnya, pengelolaan asrama).

13. Jadilah kalian Mundzirul kaum sesuai dg profesinya masing2.

14. Apa yg kami lakukan skrg adalah warisan yg lalu, yg tlh dirintis oleh trimurti. Tdk ada yg keluar dr nilai2.

15. Pak hasan dlm bnyk pertemuan srg membacakan piagam wakaf pm gontor. Agar semua tahu apa yg diwasiatkan oleh trimurti.

16. Jika kita mengatakan saat ini blm waktunya menegakkan nilai2 islam? Kira2 anak cucu kita nanti pasti akan mengatakan hal yg sama. Yaitu Blm waktunya.

Kalau tdk skrg kapan lagi, kalau tdk kita siapa lagi.

Bung Karno kl tdk dipaksa utk proklamasi oleh para pemuda waktu itu maka kemerdekaan akan tertunda.

Jika pingin kawin jgn nunggu punya kasur yg mentul2.

Inilah pola yg dipakai oleh gontor? Penuh kesakralan.
Pondok ini anti intervensi. Buka mata, telinga, hati, otak luas2. Tutup mulut.!
Blm melihat, mendengar, tp maunya nerocos terus. (Krn didorong tendensi)

4H (head, heart, hand, hidayah).

Nasehat pak sahal kpd santri lama.
"Kunjungilah pondokmu walaupun aku sdh tdk ada"..!!"

Read more...