KUNCI DITERIMA AMAL
” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu."
▶ (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi).
🌸 Dalam lafadz lain:
فإن قبلت منه قبل سائر عمله وإن ردت عليه عليه رد سائر عمله
Apabila shalatnya diterima maka akan diterima semua amalnya. Dan apabila ditolak, maka akan ditolak seluruh amalnya."
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang benar benar menjaga shalatnya, rukun dan syaratnya serta kekhusyuannya akan menyebabkan amal lainnya diterima, oleh karena itu jagalah waktu-waktu shalat dan selenggarakan lah dengan berjamaah agar keutamaan shalat tersebut sempurna.
Hadits tersebut menegaskan juga bahwa satu satu nya cara untuk menebus shalat yang ketinggalan dan tidak sempat tertunaikan adalah dengan melakukan shalat shalat Sunnah. Tidak ditemukan cara yang yang dianjurkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam untuk menyempurnakan dan mengganti shalat yang tertinggal kecuali dengan
cara seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut.
Terdapat lima tingkatan terkait dengan shalat seseorang, yaitu :
🍁 *1. Mu’aqab (kelompok yang diazab).*
Mereka adalah _golongan manusia yang mengerjakan sholat, tetapi salah menjalankannya dan jauh dari sempurna. Selain syarat dan rukunnya diabaikan, mulai dari pelaksanaan wudlu hingga soal thaharah lainnya juga tidak mendapat perhatian. Dapat dikatakan, mereka itu shalat asal-asalan. Waktu shalat sering dilakukan diluar waktunya,sering terlambat, bahkan seringkali tidak dilaksanakan. Merekalah dalam al-Qur’an disebut *An shalatihim sahun* _"orang yang dhalimun linafsihi" yaitu orang yang menzalimi diri sendiri_.
🍃 *2. Muhasab (kelompok yang dihisab)*.
Golongan ini adalah _mereka yang rajin melaksanakan shalat, menjaga waktu-waktunya, demikian juga syarat, wajib dan rukunnya. Secara lahiriyah seluruh ketentuan mengenai shalat sudah dipenuhinya. Wudlunya bagus, pakaiannya nenutup aurat, tidak terkena najis, menghadap qiblat, tepat waktu, demikian juga semua rukun shalat tidak cacat. Sayang, satu hal yang kurang pada kelompok ini adalah kehadiran hatinya. Pada saat shalat, hati dan pikirannya tidak dijaga sehingga melayang-melayang entah kemana_.
🌹 *3. Mukaffar’anhu (yang diampuni dosa-dosanya).*
Setingkat lebih baik lagi adalah _kelompok orang-oramg yang senantiasa menjaga batasan-batasan shalat, menjalankan wajib dan rukunnya, bahkan menjalankan sunnah-sunnahnya, sekaligus bersungguh-sungguh disisi Allah SWT dari segala godaan nafsu was-was yang mengotori pikiran dan perasaannya. Dalam shalatnya mereka sibuk menjaga hati dan pikirannya. Mereka berkosentrasi penuh agar setan tidak berkesempatan mencuri shalatnya_.
🌻 *4.Mutsah (yang diberi pahala).*
Tak sekedar diampuni dosa-dosanya, _mereka termasuk orang yang berhak mendapat pahala yang berlimpah. Mereka ini adalah segolongan kecil orang yang *aqimush-shalat* (menegakkan shalat),tidak sekedar menjalankannya. _Golongan ini menegakkan shalat dengan hak-haknya, rukun-rukunnya, dan hatinya tenggelam dalam menjaga batasan-batasanya. Mereka tidak membiarkan hatinya sedikitpun terlena dari segala hal yang dapat mengganggu konsentrasi shalatnya. Pada tingkatan ini seluruh anggota tubuhnya berzikir, pikirannya berzikir, juga hatinya berzikir.
🍀 *5. Muqarrib min Rabbihi (yang mendekatkan diri kepada Allah.)*
Tingkatkan yang paling tinggi adalah orang yang menegakkan shalat sampai pada tahap *Muqarribin* yaitu _orang-orang yang dekat dengan Allah. Ketika shalat, golongan ini merasa benar-benar bertemu dan berhadapan dengan Allah. Jika tidak melihat Allah, maka mereka yakin bahwa Allah melihatnya. Mereka meletakan hatinya dihadapan Allah, merasa diawasi Allah, dan hatinya penuh dengan kedekatan kepada Allah. Dihatinya telah sirna segala was-was dan segala pikiran diluar shalat. Mereka itulah orang-orang yang disebut Nabi SAW sebagai_ *muhsinin*
Firman Allah Subhanahu wa Taala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah
اِنَّنِيْۤ اَنَا اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعْبُدْنِيْ ۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Innaniii anallohu laaa ilaaha illaaa ana fa'budnii wa aqimish-sholaata lizikrii
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 14)