BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai manusia, makhluk sosial yang bisa saling
berkomunikasi (mahluq al-mantiq), tentunya tidak pernah terlepas dari
bahasa sebagai medianya. Majunya era globalisasi ini, semakin menambah
pengetahuan masyarakat dan berkembang pula menjadi masyarakat tutur yang
multilingual. Namun, proses untuk menjadi masyarakat yang bilingual atau multilingual
tidaklah mulus, banyak masalah dan hambatan yang dialami oleh masyarakat yang
belajar bahasa target yang disebabkan beberapa faktor. Diantaranya adalah
faktor budaya yang berbeda.
Dalam pembelajaran bahasa target saat ini (bahasa Arab),
juga memiliki kendala yang sama namun tidak terlalu signifikan. Bahasa Arab
yang sedang berkembang di Indonesia, baru sekedar pemahaman nahwu, shorf,
balaghoh dan sering kali mengabaikan pembelajaran fonologinya. Bagaimana
bunyinya? Bagaimana cara mengucapkannya? Sehingga tidak heran walaupun banyak
orang atau santri yang telah lama belajar bahasa Arab, namun masih terdapat
berbagai jenis kesalahan bunyi atau kesalahan ucap yang dipengaruhi oleh dialek
masing-masing. Padahal bunyi adalah bagian utama dan terutama dalam bahasa.
Komunikasi lisan tidak akan terjadi bila tidak ada bunyi.
Akibat tidak mengindahkan bunyi, banyak masyarakat
Indonesia yang telah belajar bahasa Arab namun ketika berkomunikasi dengan
penutur aslinya, dia tidak memahami apa yang dibicarakan. Ada pula kemungkinan
negatif lain yang dapat terjadi seperti terjadinya perubahan makna baik akibat
perubahan kata karena kesalahan ucap, tekanan, nada, jeda, waqaf,
panjang-pendek dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, tema makalah ini dibuat berdasarkan
kendala-kendala yang terjadi dalam bidang fonologi. Karena ulama linguistik
modern pun mengatakan perlunya diadakan pengkajian tentang ilmu bunyi mengingat
sulitnya menuturkan bunyi-bunyi dari berbagai bahasa, karena banyaknya ragam
dan variasi bahasa itu sendiri. Penjabaran ini pun dilakukan dengan tujuan agar
bisa mempermudah atau menambah wawasan baru tentang ilmu bunyi agar nantinya
para masyarakat yang belajar bahasa asing lainnya terhindar dari berbagai
kesalahan tutur yang dapat membuat penutur aslinya tidak paham atau perubahan
makna.
B. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup kajian fonologi ini mencakup pengertian fonologi
itu sendiri, fonem, fonologi segmental yang terdiri dari vokal, diftong,
konsonan, dan gugus konsonan, serta fonologi Suprasegmental yang terdiri dari
tekanan, nada, dan jeda.
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana
Bentuk Fonologi dalam bahasa Indonesia dan Arab?
2. Bagaimana bentuk persamaan dan perbedaan dari Bentuk-bentuk fonologi
bahasa Indonesia dan Arab?
3. Bagaimana
Analisis Konstrastif bentuk fonologi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Arab
4. Mengapa para pelajar Indonesia yang belajar bahasa
Arab mengalami kesulitan dalam mempelajari fonologi Arab?
D. Tujuan Penulisan
Makalah
ini dibuat dengan tujuan agar para pengajar dan pelajar bahasa target, yakni
bahasa Arab dapat mengetahui bunyi – bunyi yang sama dan berbeda, serta dapat
memprediksi kesulitan-kesuliatan yang akan dialami dalam pembelajaran agar
dapat ditemukan solusi terbaik untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Ilmu bunyi dalam bahasa
arab diistilahkan dengan ilmu ashwat yaitu ilmu yang mempelajari tentang
pembentukan, perpindahan dan penerimaan bunyi bahasa. Sebagai ilmu yang dewasa
kemudian bercabang lagi menjadi ilmu yang lebih spesifik yaitu ilmu fonetik,
ilmu fonologi, ilmu akustik dll.
Ilmu fonetik adalah cabang
ilmu dari ilmu bunyi yang khusus membicarakan masalah – masalah bunyi tanpa
memperhatikan fungsi dan makna bunyi. Berbeda dengan fonologi,
fonologi adalah sebuah cabang ilmu bunyi yang membicarakan
masalah – masalah bunyi dengan memperhatikan fungsi dan makna bunyi tersebut.
Masalah saling mempengaruhi antar bunyi yaitu idgham, ikfa , imalah qubra,
imalah shugra, tekanan, jeda dan jeda.
Khalil bin ahmad telah menyusun sebuah kamus
bahasa arab yang entrinya disusun berdasarkan makhraj bunyi yang terjauh dari
tenggorokan. Dari pihak lain ibnu jinni
dalam bukunya Sirru Shinaat Al I’rab telah memperkenalkan organ bicara, mahraj,
sifat – sifat bunyi, vokal panjang dan pendek dan berbagai fenomena bunyi
seperti tebal dan tipis.
Ilmu bunyi arab merupakan ilmu murni
kreatif dari ilmuwan Arab, bukan hasil adopsi dari ilmuwan Yunani seperti yang
dituduhkan beberapa kalangan.
Dalam
ilmu fonologi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu segmental dan suprasegmental.
Fonologi Segmental terdiri
dari bunyi vokal, konsonan, diftong dan gugus konsonan .
Sedangkan fonologi suprasegmental terdiri dari tekanan, nada dan jeda .
Adapun yang termasuk fonologi Segmental
adalah vokal, diftong, konsonan dan gugus konsonan. Vokal adalah bunyi yang
bersuara, yang terjadi dengan penerobosan terhadap klep pita suara melalui tekanan,
sedangkan dalam pembentukannya, udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat
hambatan di kerongkongan dan rongga mulut dan tidak mendapatkan penyempitan di
saluran udara yang mengakibatkan adanya
geseran. Selain itu ada diftong, diftong
adalah dua huruf vokal yang melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat
dipisahkan (Moeliono). Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah
ketika memproduksi bunyi pada bagian awal dan akhirnya tidak sama.
Ketidaksamaan ini menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang
bergerak, serta strukturnya. Namun yang dihasilkan bukan dua buah bunyi,
melainkan hanya sebua bunyi karena berada dalam satu silabel. Diftong terjadi
jika vokal rangkap tersebut ada didalam satu suku kata. Adapun jika terletak
disuku kata yang berbeda maka tidak bisa disebut diftong.
Adapun yang dimaksud
dengan “gugus konsonan” ialah “gabungan
dua konsonan, atau lebih, yang termasuk dalam satu suku kata yang sama”. Dalam
bahasa Indonesia, gugus konsonan pada dasarnya berasal dari kata asing (kata
pungut), dan banyak orang menyelipkan fonem /a/ untuk memisahkan konsonan yang
berdekatan. Dalam bahasa Indonesia, gugus konsonan tidak terdapat dalam posisi
akhir kecuali dalam kata pungut. Gugus yang terdiri dari tiga konsonan jarang
terdapat dalam bahasa Indonesia, apabila ada (dari kata pungut) mka ada
kecenderungan untuk menyisipkan /a/ diantara konsonan kedua dan ketiga. Oleh
karena langka terdapat dalam bahasa Indonesia, pelajar tidak mengetahui
bagaimana lafalnya kalau tidak mendapat latihan-latihan yang cermat.
Kecenderungan lain ialah untuk hanya melafal konsonan pertama dan kedua dari
gugus tersebut pada akhir kata.
Konsonan adalah bunyi huruf mati
Bagian
Fonologi yang kedua adalah fonologi suprasegmental. Yang termasuk dalam
suprasegmental adalah tekanan, nada, jeda dan waqaf. Nada
adalah sebuah unsur dalam ucapan yang dapat membantu seseorang untuk
mengekspresikan emosinya dan berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
Apabila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi,
tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, apabila diucapkan
dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada
rendah. Pada bahasa-bahasa tertentu, nada bisa bersifat fonemis maupun
morfemis. Sedangkan jeda adalah pemutusan suatu arus bunyi – bunyi segmental ketika diujarkan oleh
penutur. Sebagai akibatnya, akan terjadi kesenyapan di antara bunyi – bunyi
yang terputus itu. Kesenyapan ini bisa berada di posisi awal, tengah dan akhir
ujaran. Waqaf adalah tempat berhenti sejenak di antara kata – kata atau penggalan kata dalam
proses bicara, dengan maksud untuk menunjukkan tempst berakhirnya suatu lafal
atau penggalan kata dan memulai kata – kata atau penggalan kata yang baru.
Bab III
PEMBAHASAN
A.
AKON FONEM SEGMENTAL
1.
Analisis Kontrastif Fonem Vokal(الأصوات
الصتئتة)
Bunyi
vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Bahasa Arab memiliki tiga vokal pendek atau vokal utama(الصوائت القصيرة), yaitu /a/ atau (َ
), /i/ atau (ِ)
dan /u/ (ُ).
Dan vokal panjang)الصوائت الطويلة) yaitu alif (ىا)
Wawىو)) dan Ya (ىي).Bahasa
Indonesia memiliki enam vokal, yaitu /i/, /a/, /u/, /e/, /o/, /ə/
Distribusi
vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Pembentukan Vokal Bahasa Indonesia
Fonem
|
Posisi Bibir
|
Tinggi Rendah Lidah
|
Maju Mundur Lidah
|
|||||
Bulat
|
T.Bulat
|
Tnggi
|
sdng
|
Rndh
|
Dpn
|
Tngh
|
Blkng
|
|
A
|
V
|
|
|
|
v
|
|
v
|
|
I
|
|
v
|
V
|
|
|
V
|
|
|
U
|
V
|
|
V
|
|
|
|
|
V
|
E
|
|
v
|
|
v
|
|
V
|
|
|
O
|
V
|
|
|
v
|
|
|
|
V
|
ə
|
|
v
|
|
v
|
|
|
v
|
|
Tabel Pembentukan Vokal Bahasa Arab
Fonem
|
Posisi Bibir
|
Tinggi Rendah Lidah
|
Maju Mundur Lidah
|
|||||
Bulat
|
T.Bulat
|
Tnggi
|
sdng
|
Rndh
|
Dpn
|
Tngh
|
Blkng
|
|
َ
|
|
v
|
|
|
v
|
|
v
|
|
ِ
|
|
v
|
V
|
|
|
V
|
|
|
ُ
|
v
|
|
V
|
|
|
|
|
V
|
ىا
|
|
v
|
|
v
|
|
|
v
|
|
ىي
|
|
v
|
|
v
|
|
V
|
|
|
ىو
|
v
|
|
|
v
|
|
|
|
V
|
Dari Tabel Pembentukan
Vokal Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia diatas dapat terlihat bahwasanya;
1.
Tidak semua huruf vokal Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab yang sama, sama pula pembentukannya tetapi ada pula
yang berbeda seperti yang terjadi pada;
ü A dan َpada posisi bibir
2.
Tidak semua Vokal Pendek dan Vokal
Panjang bahasa Arab mempunyaipembentukan vokal yang sama, seperti yang terjadi
pada;
ü َ
dan ىاpada tinggi
rendahnya lidah
Tabel
Posisi Vokal Bahasa Indonesia Dalam
Fonem
|
Posisi
|
||
Fonem
|
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
I
|
/itik/itik
|
/pizza/pizza
|
/pagi/pagi
|
E
|
/ekor/ekor
|
/nenek/nenek
|
/sore/sore
|
∂
|
/∂mas/ emas
|
/ruw∂t/ ruwet
|
/tip∂/ tipe
|
A
|
/anak/anak
|
/sakit/sakit
|
/pita/pita
|
U
|
/uler/uler
|
/masuk/masuk
|
/bau/bau
|
O
|
/obat/obat
|
/balon/balon
|
/baso/baso
|
Tabel
Posisi Vokal Bahasa Arabالأصوات الصائتة) )Dalam Fonem
اخر الكلمة
|
وسط الكلمة
|
أول الكلمة
|
الحرف
|
عصا
|
باب
|
اسم
|
ا
|
غزو
|
كوب
|
ولد
|
و
|
اقصي
|
ميناء
|
يتيم
|
ي
|
Selain Vokal Pendek dan Panjang di
dalam Bahasa Arab juga terdapat Vokal Tebal dan Vokal Tipis, Yaitu;
·
Vokal Tebal (مفخمة),
bila ada konsonan palatal empat, yaitu ص، ض، ط، ظ. Contoh: صبر، ضرب، طلب، ظلم
·
Semi Tebal, bila ada konsonan velar yaitu
غ، ق، خcontoh; خير، غير، قير
Contoh; خير، غير، قير
·
Vokal Tipis
yaitu semua vokal selain diatas ; سفر
Vokal bahasa Arab dan bahasa
Indonesia terdapat kepersisan, aspek persaman dan perbedaan, yaitu:
Aspek Persamaan antara vokal Bahasa
Arab dan Bahasa Indonesia;
1. Kepersisan antar kasroh qosirohِ
: / i / dalam bahasa Indonesia, demikian pula antara dhommah qosirohُ :
dengan / u / , dan antara fathah qosirohَ:
dengan / ∂ /.
2. Aspek persamaan antara fathah
tawilah / ا َ/
dengan / a /, yaitu sama samavokal terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda
karena / َا /
vokal depan dan panjang sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.
Aspek Perbedaan antara Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab;
1.
Didalam bahasa Indonesia terdapat
vocal panjang seperti pada bahasa arab : / i / , /u: /, dan / æ
/.
2.
Didalam bahasa Arab tidak terdapat vocal / e / dan / o
. Sedangkan didalam bahasa Indonesia terdapat.
3.
Didalam bahasa Arab terdapat Vokal Tebal dan tipis,
sedangkan dibahasa Indonesia tidak ada vokal tebal dan tipis.
2.
ANALISIS
KONTRASTIF AKON DIFTONG
Berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, diftong
dibedakan menjadi Diftong Naik dan Diftong Turun. Disebut diftong naik
karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua.
Sebaliknya, disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih
tinggi dari posisi bunyi kedua.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat 3 diftong, yakni [ai],
[au] dan [oi] yang masing-masing dapat dituliskan secara fonemis /ay/, /aw/,
/oy/. (moeliono). Contoh bunyi [ai] terjadi pada kata cukai, landai, ramai. Contoh
bunyi [au] terjadi pada kata kerbau, harimau, halau. Dan contoh bunyi
[oi] terjadi pada kata amboi.
Sedangkan dalam bahasa Arab, terdapat 2 diftong, yakni
[au] dan [ai]. Kedua diftong ini dipakai bila و dan ي
berada setelah huruf berbaris fathah. Contoh bunyi أو،
لو، يوم، خوف، ليس، بين، شيئ .
namun, terdapat perbedaan antara istilah vokal rangkap bahasa Indonesia dengan
bahasa Arab. Jika dalam bahasa Indonesia, diftong sama dengan vokal rangkap,
namun dalam bahasa Arab, vokal rangkap berarti tanwin. Dan dalam bahasa Arab,
bunyi vokal diwakili dengan tanda harakat, bukan dari bentuk huruf Hijaiyahnya,
karena semua huruf hijaiyah adalah huruf konsonan.
a.
Persamaan Antara Diftong bahasa Indonesia dan bahasa Arab
1. Sama-sama terdapat bunyi [au] dan [ai]
2. Sama dalam bentuk pengucapannya
b. Perbedaan Antara Diftong Bahasa Indonesia dan
Bahasa Arab
1.
Bahasa Indonesia mengenal 3 diftong sedangkan bahasa Arab hanya mengenal 2 diftong
2.
Bentuk penulisan vokal diftong dalam bahasa Indonesia ditandai dengan huruf
vokal a-i-u-o, sedangkan bahasa Arab penulisan vokal diftongnya ditandai dengan
harakat fathah yang bertemu huruf sukun pada huruf و dan ي.
c.
Kesulitan yang Mungkin Dihadapi Siswa
1.
Siswa mungkin akan mengalami kesulitan ketika membaca huruf Arab yang tidak
berharokat, sehingga mereka tidak mengetahui kata tersebut termasuk diftong
atau tidak.
d.
Solusi
1.
Mengajarkan kepada siswa yang belajar bahasa target (Arab) tentang kaidah-kaidah
/ tatabahasa Arab agar dapat melafalkan dengan benar dan tepat tanda harakat
pada teks
2.
Memberi harakat pada kalimat yang ditulis untuk dilafalkan siswa.
3. Analisis
kontrastif bunyi Konsonan(صوامت)
Bunyi konsonan ada 2 macam, yaitu
yang bersuara (voiced) dan yang tidak bersuara (voiceless). Dalam Bahasa
Indonesia ada 24 fonem konsonan, yaitu; p, b, t,v,d, c, j, k, g, f, s, z, x, h,
m, n, r, l,y, w,kh,ng, hamzah dan sy.
Dan dalam Bahasa Arab terdapat 28 konsonan. Yaitu ;
أ،ب،ت،ث،ج،ح،خ،د،ذ،ر،ز،س،ش،ص،ض،ط،ظ،ع،غ،ف،ق،ك،ل،م،ن،و،ه،ي
a. Persamaan dan Perbedaan Pada Konsonan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab
Adapun
di dalam konsonan ditemukan persamaan (kepersisan), perbedaan, dan kemiripan,
yaitu sebagai berikut :
(1)
Persamaan antara / ب / dengan / b /,
(2)
Persamaan antara / م / dengan / m /,
(3)
Persamaan antara / ف / dengan / f /,
(4)
Persamaan antara / ز / dengan / z /,
(5)
Persamaan antara / س / dengan / s /,
(6)
Persamaan antara / ر / dengan / r /,
(7)
Persamaan antara / د / dengan / d /,
(8)
Persamaan antara / ت / dengan / t /,
(9)
Persamaan antara / ل / dengan / l /,
(10)
Persamaan antara / ن / dengan / n /,
(11)
Persamaan antara / ش / dengan / sy /,
(12)
Persamaan antara / ي / dengan / y /,
(13)
Persamaan antara / ك / dengan / k /,
(14)
Persamaan antara / ھ / dengan / h /, dan
(15)
Persamaan antara / و / dengan / w /
(16)
Persamaan antara / ج /
dengan / j /
(17)
Persamaan antara / غ / dengan / g /
(18)
Persamaan antara / خ / dengan / kh /
(19)
Persamaan antara / ق / dengan / q /
Di
prediksi siswa Indonesia tidak akan menemui kesulitan dalam menuturkan bunyi –
bunyi Arab diatas, karena mereka telah terbiasa menuturkannya dalam bahasa ibu
mereka. Oleh karena itu, dalam proses pengajaran bahasa Arab bunyi – bunyi ini
tidak perlu mendapat perhatian ekstra.
b. Perbedaan
Konsonan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia yaitu;
1.
bahwa didalam bahasa Indonesia tidak terdapat
Bunyi konsonan mufakhkham, yaitu / ص /, / ض /, / ط /, / ق/, /ظ /, / خ /, /غ /.
2.
Sin (س) Arab dideskripsikan
/apikoalveolar/geseran/tidak bersuara/ sedangkan S bahasa Indonesia
dideskripsikan : /laminoaveolar/geseran/tidak bersuara/
3.
Zai (ز) Arab dideskripsikan
:apikoaveolar/geseran/bersuara/sedangkan Z bahasa Indonesia dideskripsikan : /laminoaveolar/geseran/bersuara/
4.
Dal (د ) Arab dideskripsikan :/apikoalveolar/letupan/bersuara/sedangkan
D bahasa Indonesia dideskripsikan apikopalatal/letupan/bersuara/
5.
Lam (ل ) Arab dideskripsikan
:/apikopalatal/geseran/sampingan/bersuara/ sedangkan L bahasa Indonesia
dideskripsikan : /apikoaveolar/geseran/sampingan/bersuara
6.
Nun (ن) Arab dideskripsikan :/apikopalatal/geseran/nasal/bersuara/
sedangkan N bahasa Indonesia dideskripsikan
:/apikoalveolar/geseran/nasal/bersuara
7.
Hamzah(ء) Arab dideskripsikan :
/glotal/letupan/bersuara/ sedangkan hamzah bahasa indonesia dideskripsikan
:/glottal/letupan/antara/
Perbedaan diatas sangat tipis dan sulit
membuktikannya secara empiris, perbedaan tersebut hanyalah perbedaan secara
ilmiah. Untuk mendapatkan penuturan yang benar yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, penuturan sesuai deskripsi harus diupayakan.
Diprediksi santri indonesia akan membuat
kesalahan dalam menuturkan bunyi – bunyi diatas, walaupun mereka tidak merasa
bahwa mereka salah, karena mereka telah terbiasa menuturkan bunyi yang mirip
dengan bunyi arab. Oleh karena itu, seorang guru, tutor tahsin qiraah dan hakim
diminta untuk memperhatikan dan menyakinkan bahwa bunyi yang dituturkan adalah
sesuai dengan deskripsi bunyi arab.
c. Konsonan yang
ada dalam bahasa arab, tidak ada dalam bahasa indonesia
1.
Tsa (ث)
2.
Dzal (ذ)
3.
Zha (ظ)
4.
Shad (ص)
5.
Tha (ط)
6.
Ra (ر)
7.
Lam (ل)
8.
Dhad (ض)
9.
Ha (ح)
10. Ain (ع)
d. Konsonan yang
ada di dalam bahasa indonesia, tidak ada dalam bahasa arab
1.
P
2.
V
3.
C
4.
Ny
5.
Ng
e. Kesulitan yang akan dialami Pelajar
BT dalam masalah Konsonan dan Solusi untuk Menanggulanginya:
1.
Siswa akan sulit dalam melafalkan konsonan mufakhamah
pada Bahasa Arab (/ ص /, / ض /, / ط /, / ق/, /ظ /, / خ /, /غ /.) karena dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat konsonan
Mufakhomah.
2.
Siswa akan sulit mengucapkan huruf ش karenah tidak terdapat dalam Konsonan
BahasaIndonesia.
3.
Siswa yang cadel akan sulit mengucapkan
konsonan /r/ dan /ر /.
4.
Seseorang dari tanah sunda buasanya akan
mengalami kesulitan dalam pelafalan konsonan /ف/, karena lebih terbiasa dengan /pa/.
5.
Seseorang yang berasal dari tanah jawa biasanya akan
mengalami kesulitan dalam pelafalan huruf /ع/
dan mereka biasa membaca dengan/nga/.
Solusi dari kesulitan- kesulitan
diatas maka bahwasannya pendidik bahasa Arab harus memperhatikan kesulitan-
kesulitan tersebut dalam melafalkan huruf- huruf konsonan yang khusus yang
banyak terdapat kesulitan dalam pelafalannya. Pendidik harus lebih intensif
serta memperhatikan dengan jelas satu persatu siswa dalam pelafalan konsonan
tersebut, jangan biarkan siswa tersebut terus menerus berada dalam kesalahan,
sebagai pendidik harus terus memantau, mengajari, serta mengevaluasi. Serta
pendidik pula harus membiasakan diri untuk menggunakan makhroj huruf yang benar
dan mengajarkannya pada siswa dengan baik dan benar.
Selain pendidik orang tua juga
berperan dalam pelafalan suatu fonem. Sedari kecil hendaknya bagi para orang
tua untuk membiasakan anak- anaknya dalam mengucapkan sesuatu dengan benar
tanpa harus ada yang di cadel- cadelkan. Karena biasanya orang tua suka meniru
bahasa anak yang belum terlalu fasih dalam mengucapkan sesuatu sehingga anak
tersebut menganggap bahwasannya apa yang dia katakan dan diikuti oleh orang
tuanya itu benar. Maka anak tersebut terus menerus akan menggunakan bahasa
dengan pelafalan yang kurang fasih tersebut. maka hendaknya untuk para orang
tua biasaknlah berbahasa dengan baik dalam pelafalannya maupun dalam tata
bahasa dan lain sebagainya, dan terapkan pada anak- anak anda sejak dini karena
bagaimanapun bahasa merupakan sumber dari adanya komunikasi, tanpa adanya
bahasa maka lumpuhlah komunikasi.
Tabel
Perbandingan Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Tempat
Artikulasi / Makharij
|
Cara
pengucapan / Artikulasi
|
||||||||||||
Letup
|
Geseran
|
Tengah-tengah
|
|||||||||||
B
|
T
|
B
|
T
|
Pd.
B
|
Lt.
B
|
Tr.
B
|
Ns.
B
|
Sv.
B
|
|||||
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
Kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
||||||
Bilabials
|
|
b
ب
|
|
p
|
|
|
|
|
|
|
|
m
م
|
w
و
|
Labio dentals
|
|
|
|
|
|
v
|
|
F
ف
|
|
|
|
|
|
Inter dentals
|
|
|
|
|
ظ
|
ذ
|
|
ث
|
|
|
|
|
|
Apiko
alveolars
|
|
|
|
|
|
z
ز
|
ص
|
S
س
|
|
|
r
ر
|
|
|
Apiko-dental
alveolars
|
ض
|
d
د
|
ط
|
t
ت
|
|
|
|
|
|
L
ل
|
|
n
ن
|
|
Fronto
palatals
|
|
j
|
|
c
|
|
|
|
sy
ش
|
ج
|
|
|
Ny
|
|
Medio
palatals
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
y
ي
|
Dorso velars
|
|
g
|
|
k
ك
|
غ
|
|
خ
|
kh
|
|
|
|
Ng
|
|
Dorso uvular
|
|
ء
|
ق
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Root
paryngeal
|
|
|
|
|
|
ع
|
|
ح
|
|
|
|
|
|
Glottal
|
|
|
|
|
|
|
|
ه
|
|
|
|
|
|
3.
Analisis Kontrastif gugus- gugus Konsonan
Gugus Konsonan antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
1.
Gugus
yang konsonan keduanya /l/
Gugus /kl/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
klasik
|
-
|
Inklusif
|
-
|
-
|
أكل(akl)
|
Gugus /fl/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Flora
|
-
|
inflamasi
|
-
|
-
|
طفل(thifl)
|
Gugus /bl/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
blokade
|
-
|
gamblang
|
-
|
-
|
حبل(Habl)
|
Gugus /sl/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Slogan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
نسل(cucu)
|
2.
Gugus
yang konsonan keduanya getar /r/
Ø Gugus /br/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
brankas
|
-
|
Ambruk
|
-
|
-
|
صبر(shabr)
|
Ø Gugus /tr/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
tradisional
|
-
|
Netral
|
-
|
-
|
ستر(satr)
|
Ø Gugus /dr/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
drama
|
-
|
Indra
|
-
|
-
|
صدر(shodr)
|
3.
Gugus
yang konsonan keduanya desis /s/
Ø Gugus /ks/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Ksatria
|
-
|
Ekstra
|
-
|
Kompleks
|
عكس(aks)
|
4.
Gugus
yang konsonan keduanya /k/
Ø Gugus /sk/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
sketsa
|
-
|
-
|
-
|
-
|
نسك
|
5.
Gugus
yang terdiri dari tiga konsonan
Ø Gugus /skr/
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|||
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Skripsi
|
-
|
Manuskrip
|
-
|
-
|
-
|
Konsonan ganda bahasa Arab.
Dengan menggandakan konsonan yang sama ,
Contoh:
1.
Huruf
دّ = dd pada kosa kata
مدّ- يمدّ = مدد
2.
Huruf
رّ = rr pada kosa kata
مرّ- يمرّ = مرر
Contoh konsonan rangkap ditengah
No
|
Kosa kata bahasaarab
|
transliterasi
|
|
مجلّة
|
majallatun
|
|
كرّم
|
karroma
|
|
مصلّى
|
mushallah
|
Contoh Konsonan rangkap diakhir
No
|
Kosa kata bahasaarab
|
transliterasi
|
1.
|
شكّ
|
Sakka
|
2.
|
مدّ
|
madda
|
3.
|
مرّ
|
Marro
|
Persamaan
dan perbedaan gugus konsonan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
1.
Pelafalan
Gugus konsonan Bahasa Idonesia sama dengan Mad Layyin pada Bahasa Arab
2.
Didalam
Bahasa Arab Hanya terdapat gugus konsonan pada tengah dan akhir kata sedangkan
di dalam Bahasa Indonesia hanya terdapat gugus konsonan pada awal dan tengah
kata.
3.
Dalam
Bahasa Indonesia tidak terdapat gugus konsonan yang menggandakan konsonanan yan
sama tetapi dalam bahasa arab ada.
4.
Dalam
Bahasa Indonesia terdapat gugus dengan tiga konsonan sedangkan didalam bahasa
Arab tidak ada.
Prediksi
kesulitan yang akan dialami Pelajar BT (bahasa Arab) dan solusinya
1.
Pelajar
Bahasa Arab akan sulit dalam mengucapkan gugus konsonan dalam bahasa arab baik
di akhir kata dalam bahasa arab.
2.
Pelajar
Bahasa Arab akan sulit dalam mengucapkan gugus konsonanyang menggandakan
konsonan yang sama karena dalam Bahasa Indonesia tidak ada.
Solusi untuk masalah tersebut adalah guru
harus terus- menerus mengulang kata- kata yang mengandung gugus konsonan agar
siswa tersebut terlatih dan mudah dalam melafalkannya.
B.
AKON
FONEM SUPRASEGMENTAL
1.
Tekanan
Dalam sebagian bahasa, tekanan mempunyai peran yang sangat penting
dalam pembedaan bentuk dan makna kata, dalam artian bahwa tanpa keikutsertaan tekanan dalam penuturan kalimat, kita tidak akan dapat mengerti maksud kalimat itu secara utuh.
Dalam Bahasa Indonesia pada kata [məmbəri] ketika diucapkan
pada penggalan pertama [məm] bermakna sama dengan ketika diucapkan dengan
tekanan pada penggalan kedua [bə] atau penggalan ketiga [ri].
Dalam Bahasa Arab pada kata [ضرب], apabila terjadi tekanan pada konsonan
pertama, kedua, atau ketiga maknanya akan tetap sama.
Jadi
Tekanan (pada kata) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab tidak terjadi
perubahan makna didalamnya.
Dalam
bahasa Indonesia tekanan (pada kalimat) dapat mempengaruhi perubahan makna
Contoh :
·
Diatidakmaupergi.
(tekananpadasuku kata <ma>berartibahwa orang
itumeskipundipaksateteappadatempatnya.
·
Diatidakmaupergi.
(tekananpadasuku kata <dia>berartibahwa orang itusaja yang tidakmaupergi,
sedangkan orang lain sudahberangkat.
Pada
kalimat Bahasa Arab tidakberlakukarena dalam bahasa Arab terdapat aturan tata bahasa yang
sudah ditentukan yang dapat mengidetifikasi maksud dari kalimat tersebut.
2.
NADA
Dalam bahasa-bahasa bernada atau tonal, seperti
bahsa Thai, Vietnam, Mandarin, nadanya bersifat morfemis (merubah makna). Dalam
bahasa tonal biasanya dikenal lima macam nada, yaitu:
a. Nada naik atau meninggi,
biasanya diberi tanda garis ke atas (/)
b. Nada datar, biasanya
diberi tanda garis lurus mendatar (-)
c. Nada turun atau merendah ,
biasanya diberi tanda (\)
d. Nada turun naik, yakni
nada yang merendah lalu meninggi, biasanya diberi tanda (\/)
e. nada naik turun, yaitu
nada yang meninggi lalu merendah, biasanya diberi tanda (/\)
Nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat
disebut intonasi. Dalam hal ini, dibedakan menjadi 4 macam angka. Nada yang
paling tinggi diberi tanda dengan angka 4 terus menurun hingga nada yang paling
rendah diberi tanda angka 1. Secara umum, nada yang normal yang digunakan oleh
seorang pembicara adalah nada (2). Nada (4) sangat jarang digunakan oleh
seorang penutur kecuali jika ia meluapkan emosinya seperti marah, terkejut,
kesakitan atau sangat bahagia.
Sebuah
nada selalu mengandung suatu gerakan berlagu dengan jarak waktu yang
bervariasi. Namun, tidak selalu keseluruhan gerakan itu yang penting, artinya
yang dapat membedakan nada itu dari nada-nada yang lain yang digunakan oleh
bahasa. Ada bahasa nada yang nadanya pungtual, artinya hanya satu unsur yang diperhatikan
untuk identifikasi, yaitu suatu titik dilengkung lagu, misalnya titik tertinggi
atau titik yang paling rendah. Didalam
sebagian besar bahasa bernada pungtual, nada menandai sebuah suku kata dan setiap suku kata
memiliki nada. Seperti pada bahasa mandarin contohnya, kata “mà” artinya marah, Sedang kan “má” artinya kuda dan “mǎ”
artinya ibu.
a.
Persamaan Nada dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab bukanlah bahasa intonasi, oleh karena itu, perubahan
intonasi / nada pada kedua bahasa ini tidak selamanya mengubah pengertian.
Intonasi terjadi karena pengaruh dialek seseorang atau kebiasaan seseorang yang
berbahasa. Namun dalam beberapa kondisi, intonasi / nada dapat berfungsi sebagai
pembeda antara kalimat positif dengan kalimat Tanya, menyatakan persetujuan,
penolakan, keheranan atau ketakjuban.
Berikut
beberapa fungsi kebahasaan yang sama dari kedua bahasa tersebut:
1.
Fungsi Semantik yang membedakan makna kalimat. Seperti kata ما شاء
الله jika diucapkan dengan nada menurun,
artinya bisa menunjukkan rasa menahan amarah, dan bila diucapkan dengan nada
yang agak tinggi artinya bisa menunjukkan rasa takjub
2.
Fungsi Ketatabahasaan, yang membedakan bentuk kalimat. Seperti kalmat ما
أجمل هذا لمظاهر apabila dituturkan dengan nada biasa, maka
akan menjadi kalimat takjub. Namun jika dituturkan dengan intonasi naik-turun
maka akan menjadi kalimat Tanya.
b.
Perbedaan Nada dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Tidak ada perbedaan secara signifikan antara
nada dalam bahasa Arab dan dalam bahasa Indonesia. Perbedaan mendasar dari
kedua bahasa ini adalah jika dalam bahasa Indonesia, satu struktur bisa berubah
artinya menjadi kalimat Tanya dengan nada tanpa penambahan kata, maka dalam
bahasa Arab, umumnya selain mengubah nada, bahasa Arab memerlukan kata Tanya “istifham”
sebagai tambahannya.
c.
Kesulitan yang Mungkin di alami siswa
siswa merasa kesulitan dalam menuturkan
intonasi kalimat Tanya pada kalimat positif dalam bahasa Arab jika tanpa penambahan
huruf istifham.
d.
Solusi
mengajarkan siswa beberapa diksi
atau pilihan kata yang tepat dalam bahasa Arab
Perlu
dicatat bahwa nada tinggi dan rendah memiliki fungsional yang sama. Walaupun
penutur dan warna suara penuturnya berbeda-beda, tetap saja nada tinggi atau
rendahnya dapat dikenali karena adanya kontras dengan nada yang terdapat pada
suku-suku kata berikutnya.
3.
Jeda (Juncture) dan Waqaf.
Kesenyapan awal terjadi ketika bunyi itu akan diujarkan,misalnya
ketika akan mengujarkan kalimat ini buku terjadi kesenyapan yang tak
terbatas sebelumnya. Kesenyapan tengah terjadi antara ucapan kata – kata dalam
kalimat, misalnya antara ucapan kata ini dan buku pada ini
buku; atau ucapan antar suku kata, misalnya antara suku kata i dan ni
pada kata ini, walau kesenyapan ini sangat singkat. Kesenyapan akhir
terjadi pada akhir ujaran, misalnya ujaran akhir kalimat ini buku terjadi
kesenyapan yang tak terbatas sesudahnya.
Kesenyapan awal dan akhir ujaran ditandai dengan palang rangkap
memanjang (♯), kesenyapan di antara kata ditandai
dengan palang rangkap pendek (#), sedangkan kesenyapan di antara suku kata di
tandai dengan palang tunggal ( +
). Dengan demikian, kalimat ini buku kalau
di transkripsikan dengan memperhatikan kesenyapan terlihat sebagai berikut :
( ♯ i + ni # bu + ku ♯ )
Kesenyapan juga bisa disebut sendi (juncture) karena kesenyapan
itu sekaligus merupakan tanda batas antara bentuk – bentuk linguistikbaik dalam
tataran kalimat, klause, frase, morfem, silaba maupun fonem.
Dalam penuturan, keempat jenis suprasegmental tersebut selalu
menyertakan bunyi – bunyi segmental. Kerja sama keempat jenis suprasegmental
sejak awal hingga akhir penuturan disebut intonasi. Jadi intonasi pada
dasarnya bercirikan gabungan nada, tekanan,dan jeda.
Selain itu ada juga waqaf. Para linnguis arab terutama ulama klasik kurang memperhatikan masalah waqaf
ini sebagai mana mestinya,walaupun dalam bahasa arab banyak terdapat indikasi
yang menunjukkan bahwa waqaf berfungsi sebagai fonem, yang dapat membedakan
arti kalimat.
Tampaknya perhatian para ahli linguistik arab tentang waqaf terkonsentrasi
dalam al qur’an. Diantaranya tanda waqaf lazim, yang harus berhenti ((م :
انما
يستجيب الذين يسمعون (م) والموتى يبعثهم الله (سورة الأنعام : ٣٦
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fonologi yang
merupakan sebuah
cabang ilmu bunyi yang membicarakan masalah – masalah bunyi dengan
memperhatikan fungsi dan makna bunyi tersebut. Fonologi
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab ternyata tidak semua sama. Ada beberapa
bunyi yang dipakai dalam bahasa Indonesia namun tidak dipakai dalam bahasa
Arab, atau sebaliknya dipakai dalam bahasa Arab namun tidak dalam bahasa
Indonesia seperti huruf tebal, dan lafal-lafal huruf yang tidak dikenal dalam
abjad Indonesia.
Hampir
di setiap bagian fonologi antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab memiliki
banyak persamaan dan perbedaan. Persamaan fonologi diantara keduanya adalah
adanya diftong, sama-sama bukan bahasa nada (tonal) yang artinya nada tersebut
selalu dapat mengubah makna. Selain itu, keduanya juga memiliki tekanan, dan
jeda. Sedangkan perbedaannya terdapat pada makhroj huruf, gugus konsonan yang
berbeda, karena bahasa Arab tidak memiliki gugus konsonan kecuali harokat pada
akhir kata disukunkan.
Karena terdapat persamaan
dan perbedaan itulah banyak terjadi kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar
bahasa target dalam pelafalan huruf vokal, difthong, konsonan, dan gugus
konsonan. Selain dari berbedanya huruf tulisan dan bunyinya, hal
ini juga disebabkan karena perbedaan budaya komunikasi dan tatabahasa diantara
keduanya.
Solusinya
dengan cara membiasakan pembelajar bahasa target menggunakan bahasa target
dengan benar baik dari segi bahasa maupun tata bahasa.
2. Saran
Dengan
adanya persamaan dan perbedaan serta prediksi kesulitan yang telah dijelaskan
sebelumnya, guru disarankan untuk lebih kreatif lagi dalam menganalisis para
siswanya dan inovatif dalam mengembangkan metode dan media mengajarnya.
Daftar Pustaka
Muslich,
Masnur. 2010. Fonologi bahasa indonesia tinjauan deskriptif sistem bunyi bahasa
indonesia. Edisi I. Jakarta: Bumi Aksara.
Marsono. 1993.
Fonologi. Yogjakarta: Gadjah mada university
HP, Ahmad dan Alek Abdullah.
2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Mansyur, Mohammad, dkk. 1992.
Belajar Aktif Bahasa Arab. Jakarta: PT. Grasindo
Martinet, Andre. 1980. Ilmu
Bahasa: Pengantar. Yogyakarta: Kanisius
Nababan, Sri Utari
Subyakto.1994. Analisis Konstraktif dan Kesalahan: Suatu Pengantar.
Jakarta: IKIP Jakarta
Nasution, Ahmad Sayuti
Anshari.2010. Bunyi Bahasa :’ilm Al-ashwat Al-‘Arobiyyah’. Jakarta:
Amzah
Suwandi, Sarmiji. 2008. Serba
Linguistik. Surakarta: UNS Press
0 komentar:
Posting Komentar