Mencapai Maqom Yaqin
(Sari Ceramah Menyejukkan Syaikh Ala Mushtofa Na'imah di Sahah Indunisia)
Dalam jawaban Rasulullah ﷺ ketika beliau ditanya oleh Malaikat Jibril, apakah itu ihsan?:
الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Tersirat dalam pengertian di atas makna yang lebih tinggi daripada makna iman dan islam, yaitu sebuah maqom yang disebut dengan maqom Al-Yaqīn.
Seorang manusia dalam meniti suluk menuju Allah Ta’ala, benih imannya semakin bertambah dan bertambah sehingga suatu saat sampai kepada Maqom Yaqin. Maqom ini ingin saya jadikan sebagai pusat tinjauan bertepatan dengan peringatan Hijrah Rasul ini.
Dahulu, saat gerombolan jawara Kafir Quraisy memblokade rumah Baginda Nabi ﷺ dengan pedang terhunus membidik nyawa beliau. Ajaibnya, di saat segenting itu, Baginda keluar dari rumah dengan tenang melewati para algojo sambil memimirkan pasir di atas kepala mereka satu-persatu itu seraya membaca:
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ سَدَّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدَّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Orang yang berani melakukan ini tanpa takut adalah pemilik Maqom Yaqin dan keteguhan bahwa ada Allah yang melindungi dan menolongnya. Mengapa saya takut? Mengapa saya bersedih? Mengapa saya mengeluh? Sedangkan Allah ada bersama saya.
Tak kalah menakjubkan di saat bersamaan, keberanian Saidina Ali RA tidur di ranjang Rasulullah ﷺ. Sementara orang kafir stand by di pintu rumah dengan pedang siap memotong leher orang yang tidur di ranjang itu.
Bayangkan bagaimana gaduhnya jantung andaikan kita berada di posisi membahayakan itu!
Namun Sayidina Ali RA ketika ditanya di akhir hayat, “Kapankah kau merasakan tidur paling nyaman dan nyenyak sepanjang hidupmu?”. Beliau menjawab: “Di saat malam hijrah aku tidur di ranjang Rasulullah”.
Perhatikanlah bagaimana maqom yaqin mampu membalikkan keburukan menjadi kebaikan. Membalikkan masalah menjadi sebuah kebahagiaan.
Tak kalah menakjubkan, saat Nabi Ibrahim AS ditelentangkan dan ditarik di Manjanik untuk dilemparkan ke api yang berkobar. Datang Malaikat Jibril bertanya: “Wahai Ibrahim, apakah kau butuh bantuanku?”. Aneh memang, di situasi genting semacam itu, Malaikat Jibril perlu memberikan penawaran dan tidak mengulurkan bantuan secara langsung. Lebih aneh dari itu, jawaban Ibrahim: “Maaf Jibril, kalau untuk meminta bantuanmu aku tidak perlu”.
Jawaban mantap itu, karena Ibrahim yakin dengan janji Allah kepada orang yang menolong agama-Nya:
إن تنصروا الله ينصركم
Maka setelah Ibrahim tercebur kedalam api, ia merasa bagaikan di air yang segar dan sejuk, seperti di pantai kami di Alexandria. Beliau bertahan di dalam api yang tidak padam selama 40 hari, dengan pelayanan malaikat Jibril membawa makanan dan pakaian dari Surga. Ketika keluar, baju beliau masih putih bersih seperti sediakala.
Menjelang wafat, Nabi Ibrahim ditanya: “Kapankah hari terindah yang pernah kau lalui selama di dunia?”Beliau menjawab: “Tentu saja di hari saat saya berada dalam api”.
Karena Ibrahim telah sampai ke Maqom Yaqin akan pertolongan Allah dan tak bergantungan lagi kepada selain-Nya.
Seorang salik yang belajar di tangan syaikh murobbi rabbani akan selalu ditransferkan spirit keyakina. Apabila hati seseorang telah dipenuhi keyakinan kepada Allah, maka dia akan melihat keajaiban dalam segala hal.
Saidina Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab tatkala duduk di hadapan ka’bah, dihampiri oleh Gubernur dan ditanya: “Wahai Salim, apakah kau punya keperluan? Apapun itu akan aku berikan”.
Salim menjawab: “Saya malu meminta kepada selain-Nya, sedangkan saya berada di rumah-Nya”.
Gubernur pun malu oleh jawaban itu dan keluar menunggu beliau di depan masjid.
Setelah Salim keluar, gubernur kembali bertanya: “Waha Salim, sekarang kau telah berada di luar rumah-Nya. Sekarang mintalah keperluanmu, akan aku berikan.”
“Baiklah, maksudmu permintaan dunia ataukah permintaan akhirat?”
Gubernur menjawab: “Kalau permintaan akhirat, aku tidak mampu untuk memberikannya. Mintalah keperluan dunia!”.
“Wahai gubernur, kami satu kalipun tak pernah meminta dunia kepada Sang Pemiliknya. Maka bagaimana kami akan meminta kepada yang tidak memilikinya!?”.
Para Ulama rabbani dan Awlia arifin mereka sepenuhnya yakin bahwa rizki sudah dijamin dan pasti akan datang kepada mereka:
وفي السماء رزقكم وما توعدون
Lalu buat apa saya gusar dan gelisah? Mengapa hati saya selalu dipenuhi kegundahan akan dunia?
Semua ulama rabbani dan awliya mencapai maqom ini dengan satu cara, yaitu dengan menyingkirkan dunia dari hati dan sepenuhnya bergantung kepada Allah. Karena hijab yang menutupi hati disebabkan oleh ketergantungan kepada dunia.
Beginilah Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rowi didoktrin sejak masih belia oleh Syaikh murobbinya dengan pesan:
يَا بُنَيَّ، تَعَلَّقْ بِالله، إِنَّ اللهَ خَدَمَكَ فِي أَيِّ مَكَانٍ
Maka yakinlah akan kebenaran setiap Firman Allah..
Yakinlah akan kebenaran setiap janji-Nya..
Hidup yang paling berharga adalah saat kau hidup bersama Allah.. .
Hidup yang paling indah adalah saat kau hidup bersama Rasulullah…
اللهم يا من خلقت الدنيا ولم تنظر إليها، سخرها لنا، ولا تسلطها علينا
Demikianlah sekelumit sari dari pidato sejuk Syaikh Ala Musthofa Na’imah kemarin saat di Sahah Indonesia usai menyampaikan pidato arahan kepada Mahasiswa Baru di Acara Ormaba PPMI 2017.
Kemudian Syaikh Ala Musthofa Na’imah menutup majelis yang penuh barokah itu dengan pengijazahan Wirid dan Sholawat dari guru-guru beliau.
Syaikh Abdussalam Ali Syita berpesan untuk sering mengulang-ulangi doa ini:
يَا اَللهُ يَا نُوْرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، امْلَأْ قَلْبِي بِأَنْوَارِ حَبِيْبِك الْمُصْطَفَى، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَهْلِ الصَّفَا وَالْوَفَا، يا رب العالمين
Seorang murid bertanya kepada beliau bagaimana menghadapi rasa rindu ingin berjumpa dengan Baginda Rasulullah ﷺ agar bisa benar-benar berjumpa. Syaikh Abdussalam berpesan untuk memperbanyak sholawat dengan shigoh berikut:
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، حَبِيْبِ قَلْبِي، وَنُوْرِ عَيْنِي، وَأَنِيسِ رُوْحِي، صَلَاًة تَجْمَعُنَا عَلَيْهِ جِسْمًا وَرُوْحًا، يَقْظَةً وَمَنَامًا، حِلّا وَتِرْحَالًا، دُنْيَا وَآخِرَة، يا رب العالمين
Beliau juga mengijazahkan Sholawat dari Syaikh Muhammad Ibrahim Abdul Ba’its Al-Kattani:
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلَاةً يَعْظَمُ بِهَا سُرُوْرُه، وَيَتَضَاعَفُ بِهَا حُبُوْرُه، وَيُشْرِقُ عَلَى قُلُوْبِنَا وَوُجُوْهِنَا بِهَا نُوْرُه
Dan masih banyak wirid-wirid yang lain, semoga kita istiqomah dalam mengamalkannya.
0 komentar:
Posting Komentar