Sejarah Nasi Tumpeng
Berdasarkan sejarah asalnya, nasi tumpeng dibuat untuk memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang).
Kepercayaan ini bergeser saat masyarakat dipengaruhi budaya Hindu. Nasi tumpeng dibuat kerucut untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.
Pada saat Islam masuk ke nusantara, budaya nasi tumpeng ini kemudian diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa.
Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa, yakni _*_yen metu kudu sing mempeng_*(kalau keluar harus sungguh-sungguh).
Selain tumpeng, ada satu lagi jenis makanan bernama “Buceng”, yang dibuat dari ketan. Buceng juga merupakan akronim dari _*yen mlebu kudu sing kenceng*_(jika masuk harus dengan sungguh-sungguh)
Dalam penyajiannya, nasi tumpeng biasanya dilengkapi dengan lauk-pauknya yang berjumlah 7 macam, angka 7 dalam bahasa Jawa berarti pitu. Angka pitu ini artinyapitulungan (pertolongan).
Jika pada zaman dahulu nasi tumpeng merupakan perwujudan rasa terimakasih pada Yang Maha Kuasa, maka kini nasi tumpeng sudah beralih fungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.
Dalam budaya Jawa, nasi tumpeng memiliki banyak jenis, antara lain tumpeng sangga langit, Arga Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong.
2. Filosofi Pelengkap Nasi Tumpeng
Penyajian nasi tumpeng beserta lauk pelengkapnya memiliki filosofi dan makna tertentu.
Pada zaman dahulu, nasi tumpeng biasanya dibuat dari nasi putih. Meski saat ini tumpeng sudah memiliki variasi tertentu.
Nasi putih yang berbentuk kerucut melambangkan sesuatu yang kita makan harusnya berasal dari sumber yang bersih dan halal.
Sedangkan bentuk kerucut tumpeng dapat diartikan sebagai harapan agar hidup selalu sejahtera.
Lauk penting yang biasanya ada pada nasi tumpeng adalah ayam. Biasanya dipilih ayam jantan yang dimasak utuh dengan bumbu kuning dan diberi santan kental.
Pemilihan ayam jago dapat memiliki makna menghindari sifat-sifat buruk ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.
Selain itu, nasi tumpeng juga dilengkapi dengan ikan lele. Meski kini orang kadang memilih jenis ikan lain sebagai lauk nasi tumpeng.
Ikan ini menjadi simbol dari ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun.
Lauk lain yang disajikan adalah ikan teri. Ikan ini biasanya digoreng dengan atau tanpa tepung. Ikan teri selalu hidup bergerombol. Filosofi yang dapat diambil, sebagai contoh dari kebersamaan dan kerukunan.
Nasi tumpeng juga sering dilengkapi dengan telur rebus utuh. Hal ini melambangkan jika semua tindakan harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.
Telur juga menjadi perlambang jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.
Pelengkap lainnya yang tidak boleh tertinggal adalah sayur urab. Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap dan lain-lain.
Seperti halnya pelengkap lainnya, sayur-sayuran ini juga mengandung simbol-simbol penting.
ruangmasakjulie.blogspot.com
Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindungi. Bayam dapat diartikan denganayem tentrem. Taoge atau kecambah berarti tumbuh.
Kacang panjang dapat diartikan sebagai pemikiran yang jauh ke depan. Sedang bawang merah diartikan mempertimbangan segala sesuatu dengan matang baik buruknya.
Pada bagian atas tumpeng biasanya diberi dengan cabe merah. Ini berarti api yang memberikan penerangan yang bermanfaat bagi orang lain. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
Dan yang terakhir adalah bumbu urap berartiurip atau hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.