*Umar dan sahabat langsung menangis & terdiam*
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
"Kisah ini adalah salah satu jawaban dari pertanyaan mengapa Islam tetap bisa bertahan sampai sekarang.
Ada satu masa dimana pertanyaan lain juga mampir dipikirkan saya; _"Adakah kilatan pedang dan tetesan darah yang membuat Islam menyebar jauh ke penjuru dunia, ataukah akhlak sang penyampai risalahnya yang membuatnya kita jatuh hati._
Isya' pada malam itu berbaris rapi di belakang Nabi Muhammad SAW para sahabat, masuk diantaranya adalah Umar Bin Khattab.
Tapi ada yang tak biasa pada shalat jama'ah waktu itu itu, terdengar suara gesekan tulang-tulang sendi, hingga terdengar suara-suara yang memilukan; _"krek, krek , krek"_ saat ruku' dan sujud dari arah depan, arah imam, arah baginda Nabi Muhammad SAW.
Selesai shalat para sahabat saling pandang, dari tatapan matanya seolah mereka punya firasat yang sama; Nabi sedang sakit. Maka, selesai shalat itu mereka bergerombol mengelilingi Nabi. Umar waktu itu memberanikan diri bertanya pada beliau; _"wahai Nabi, apakah engkau sedang sakit?"_
_"Tidak"_, jawab Nabi.
Sekali lagi Umar bertanya; _"Wahai Nabi apakah engkau sedang sakit?"_
_"Tidak"_, tukas Nabi.
_"Tapi wahai Rasulullah_, Umar melanjutkan, _"saat shalat tadi kami mendengar ada bunyi sendi yang saling bergesekan dari badanmu."_
_"Tidak, aku tidak sedang sakit"_, Nabi meyakinkan.
Para sahabat dan termasuk juga Umar tak henti-hentinya memastikan Nabi dalam keadaan sehat dengan bertanya keadaan beliau, namun jawaban yang keluar dari Nabi tetaplah sama; tidak, beliau tidak sakit.
Para sahabat tak putus asa, mereka terus bertanya pada Nabi apakah beliau sedang sakit atau tidak, karena telinga mereka telah menjadi saksi atas suara gemeratak tulang ketika Nabi menggerakkan badan saat shalat tadi. Mereka khawatir sekali terjadi sesuatu pada Nabi, pada Rasulullah, yang sangat mereka cintai.
Terdesak oleh pertanyaan sahabat yang tak berkesudahan itu, akhirnya dalam keadaan yang sangat terpaksa Nabi mau "mengaku" dengan membuka bajunya.
Perlahan Nabi membuka kain yang membalut perutnya. Dan para sahabat melihat ada batu-batu kecil dalam kain itu. Umar yang terkejut pun pun sontak bertanya:
_"Wahai Nabi, untuk apakah engkau membalut perutmu dengan batu?"_
_"Aku lapar, dan aku tak memiliki apa-apa untuk dimakan..."_
Dengan suara parau dan bergetar karena sedih Umar berkata:
_"Wahai Rasulullah, sehina itukah engkau memandang kami? Apakah engkau mengira jika engkau berkata lapar, kami tidak akan memberikan makanan yang paling lezat.?"_
_"Wahai Rasulullah"_, Umar kembali merendahkan suaranya, _"kami semua wahai kekasih Allah, sahabatmu ini, hidup dalam kemakmuran."_
_"Tidak Umar"_, Nabi menjawab pertanyaan Umar yang beruntun ITU, _"karena aku tahu bahwa kalian tidak hanya akan memberikan makanan lezat padaku, tapi juga *harta* bahkan juga *nyawa* kalian untukku sebagai rasa cinta. Tapi Umar, bagaimana nantinya aku akan menghadap Tuhan dan caraku untuk menyembunyikan malu, jika sebagai pemimpin aku hanya menjadi beban pada orang yang aku pimpin..??"_
Mendengar jawaban nabi tersebut Umar dan sahabat langsung terdiam dan menangis. 😭😭😭
Segala macam kecintaan yang diberikan pada junjungan Nabi Muhammad SAW memang sudah pada tempatnya. Sudah selayaknya, sudah seharusnya. Dan itulah mengapa risalah yang beliau bawa bisa sampai pada kita hingga dengan saat ini.
Karena Akhlaknya yang mulia...
Dengan segala kekuatan dan kehebatan yang dimilikinya sebagai seorang kepala negara, panglima tertinggi, pemegang otoritas agama, Nabi Muhammad hanya cukup berucap satu kata untuk memenuhi perutnya dengan berbagai makanan lezat. Dan apa yang diinginkan pasti akan tersedia. Namun tidak, Beliau tidak melakukan Itu. Beliau sedang mengajarkan pada kita cara untuk *berpuasa, imsak, menahan "nafsu" diri*.
Nabi yang agung itu mengajarkan cara menahan diri untuk tidak mengambil barang sedikitpun dari kekuasaan yang dimilikinya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Nabi mengajarkan tentang bagaimana berp
uasa yang indah, yaitu menahan diri untuk tidak memanfaatkan apa yang menjadi amanahnya hanya untuk kelangsungan hidupnya.
Shalawat dan Salam semoga Allah curahkan bagimu wahai Kekasih Allah. Kami telah sampai di bulan Ramadhan ini untuk kesekian kalinya, namun wahai Rasulullah, kami masih juga tertatih-tatih untuk bisa mencintai dengan sungguh-sungguh dengan meneladani akhlakmu.
Yaa Allah Yaa Rahmaan, karuniakan kepada kami pemimpin2 seperti Rasulullah & para sahabat2nya. Aamiin Yaa Rabb
#Allohumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad
#keep'on'sholawat
#keep'on'Dzikir
0 komentar:
Posting Komentar