Minggu, 15 Desember 2013
menjadi orang yang bermanfaat lebih baik dari pada dimanfaati....
Syaqiiq al-Balkhi adalah teman
Ibrahim bin Adham yang dikenal
ahli ibadah, zuhud dan tinggi
tawakalnya kepada Allah. Hingga
pernah sampai pada tataran
enggan untuk bekerja. Penasaran dengan keadaan
temannya, Ibrahim bin Adham
bertanya, “Apa sebenamya yang
menyebabkan Anda bisa seperti
ini?” Syaqiiq menjawab, “Ketika saya sedang dalam
perjalanan di padang yang
tandus, saya melihat seekor
burung yang patah kedua
sayapnya. Lalu saya berkata dalam hati,
aku ingin tahu, dari mana burung
itu mendapatkan rizki. Maka aku
duduk memperhatikannya dari
jarak yang dekat. Tiba-tiba datanglah seekor
burung yang membawa makanan
di paruhnya. Burung itu
mendekatkan makanan ke paruh
burung yang patah kedua
sayapnya untuk menyuapinya. Maka saya berkata dalam hati,
“Dzat yang mengilhami burung
sehat untuk menyantuni burung
yang patah kedua sayapnya di
tempat yang sepi ini pastilah
berkuasa untuk memberiku rejeki di manapun aku berada.” Maka sejak itu, aku putuskan
untuk berhenti bekerja dan aku
menyibukkan diriku dengan
ibadah kepada Allah. Mendengar penuturan Syaqiiq
tersebut Ibrahim berkata, “Wahai Syaqiiq, mengapa kamu
serupakan dirimu dengan burung
yang cacat itu? Mengapa Anda
tidak berusaha menjadi burung
sehat yang memberi makan
burung yang sakit itu? Bukankah itu lebih utama? Bukankah Nabi bersabda, “Tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah?” Sudah selayaknya bagi seorang
mukmin memilih derajat yang
paling tinggi dalam segala
urusannya, sehingga dia bisa
mencapai derajat orang yang
berbakti? Syaqiiq tersentak dengan
pernyataan Ibrahim dan ia
menyadari kekeliruannya dalam
mengambil pelajaran. Serta
merta diraihnya tangan Ibrahim
dan dia cium tangan itu sambil berkata, “Sungguh. Anda adalah
ustadzku, wahai Abu Ishaq
(Ibrahim).”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar